Jakarta, Ruangenergi.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa rencana untuk membangun ekosistem besar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di tanah air mulai terlihat nyata dan betul-betul sudah ada di Indonesia.
Hal ini disampaikan Presiden dalam sambutannya saat peresmian pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dipantau secara daring dari Jakarta, Rabu (07/7).
“Rencana yang sudah diputuskan beberapa tahun lalu untuk membangun sebuah ekosistem besar kendaraan listrik satu per satu mulai kelihatan dan betul-betul sudah ada di negara kita Indonesia,” katanya.
Lebih jauh Presiden menjelaskan secara lebih detil upaya-upaya yang telah dilakukan dalam membangun ekosistem EV tersebut.
“Saat kita stop ekspor raw material nikel di tahun 2020, saat itu banyak yang menentang dari dalam negeri sendiri karena kita pada saat awal kehilangan kurang lebih 1,5 miliar dolar AS atau Rp 20-an triliun,” ungkap Presiden.
“Tetapi saat itu saya meyakini bahwa nilai tambah kalau kita stop raw material ini akan melompat naik dan tadi seperti dikatakan oleh Pak Menko Luhut Binsar Pandjaitan sekarang sudah 34 miliar dolar AS nilai dari ekspor nikel kita,” sambungnya.
Presiden juga mengakui banyak pro dan kontra akibat kebijakan tersebut, bahkan sampai digugat oleh Uni Eropa. Namun ia menegaskan bahwa Indonesia adalah negara berdaulat yang tidak bisa didikte oleh siapapun.
“Banyak yang tidak setuju, pro dan kontra, selain itu kita juga digugat oleh Uni Eropa dan kita kalah, tetapi saya sampaikan negara ini adalah negara yang berdaulat, kepentingan nasional adalah segala-segalanya buat kita, jadi kita tidak bisa didikte oleh siapapun. Saya sampaikan kepada menteri, maju terus digugat kalah, banding,” tegas Presiden.
Selanjutnya, kata Presiden, smelter nikel dan turunannya di Morowali (Sulawesi Tengah), Weda Bay (Halmahera Tengah, Maluku Utara), dan lokasi-lokasi lainnya sudah mulai berjalan.
“Yang kedua di bulan Agustus dan September nanti smelter dari PT Freeport dan juga PT Amman di Sumbawa dan di Gresik juga sudah akan berproduksi. Yang ketiga, smelter bauksit yang ada di Mempawah, Kalimantan Barat saya kira bulan ini atau bulan depan maksimal juga sudah akan mulai percobaan produksinya,” papar Presiden.
“Jika semuanya berjalan maka impian kita dalam membangun ekosistem besar kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi satu per satu mulai terlihat,” lanjut Presiden.
Dengan demikian, kata dia, jika semuanya berjalan sesuai rencana di mana ekosistemnya akan terbangun maka Indonesia akan bisa masuk ke global supply chain.
“Dan itu akan memberikan nilai tambah yang besar, baik masalah rekrutmen tenaga kerja maupun terhadap pertumbuhan ekonomi kita,” ujar Presiden.
Peresmian pabrik anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal itu juga diharapkan dalam memperkuat ekosistem EV di tanah air.
BTR telah merampungkan pabrik tahap pertama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal dalam waktu 10 bulan dan saat ini menjadi pabrik anoda terbesar di dunia.
Nilai investasi tahap 1 itu sudah terealisasi sebesar 478 juta dolar AS dengan kapasitas produksi bahan anoda baterai 80 ribu ton per tahun.
Setelah tahap I dan II selesai, Indonesia diperkirakan juga akan menjadi produsen bahan anoda baterai litium-ion terbesar kedua di dunia dengan total produksi 160 ribu ton per tahun.(Red)