BRIN: Kecerdasan Buatan Beri Harapan Baru Skrining Area Migas

Bandung, ruangenergi.com – Luput dari perhatian khalayak ramai, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembangkan teknologi untuk mendeteksi anomali permukaan yang menunjukkan keberadaan migas di bawah tanah.

Dikutip dari portal BRIN, disebutkan Tri Muji Susantoro, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyoroti kemampuan teknologi penginderaan jauh dalam pemetaan geologi dan deteksi rembesan migas selama tahap eksplorasi.

Sebelum bergabung dengan BRIN, Tri telah memiliki pengalaman di Kementerian ESDM dan bergabung dengan BRIN pada 1 Maret 2021, dengan fokus penelitian pada energi dan sumber daya mineral, khususnya migas.

Pengakuan atas aktivitas riset dan publikasi terkait penginderaan jauh dan migas membuat Tri meraih penghargaan sebagai Periset Berkinerja Tinggi, dalam rangka HUT ke-3 BRIN tahun 2024. Mereka telah mengembangkan teknologi untuk mendeteksi anomali permukaan yang menunjukkan keberadaan migas di bawah tanah.

“Fokus penelitian kami adalah mengidentifikasi karakteristik permukaan bumi melalui penginderaan jauh. Kami memeriksa bagaimana data penginderaan jauh mencerminkan karakteristik yang ada, dan menggunakan hasil ini sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut,” jelas Tri.

RIIM

Saat ini, Tri dan timnya tengah fokus dalam proyek Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Indonesia, yang mengeksplorasi anomali permukaan, serta melakukan penelitian mandiri bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam bidang pembelajaran mesin, untuk menggali potensi terkait migas dengan menganalisis anomali yang terdeteksi.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 mengatur kegiatan hulu migas dan gas metana batubara, termasuk eksplorasi dan eksploitasi. Eksplorasi mencari migas untuk menemukan cadangan, sementara eksploitasi bertujuan menghasilkan migas di wilayah kerja. Ini meliputi pengeboran, penyelesaian sumur, infrastruktur transportasi, penyimpanan, pengolahan, dan kegiatan pendukung lainnya.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Geoinformatika BRIN ini mengungkapkan bahwa di Indonesia, kegiatan migas meliputi serangkaian langkah mulai dari studi geologi regional, evaluasi, hingga pemboran sumur eksplorasi dan pengembangan. Ini termasuk analisis kelayakan dan ekonomi, serta pembangunan infrastruktur produksi yang diperlukan.

Selain itu, strategi seperti enhanced oil recovery (EOR) digunakan untuk meningkatkan rasio pengambilan migas, sementara penutupan lapangan dilakukan melalui proses reklamasi atau dialihkan untuk pemanfaatan lainnya.

“Pengolahan data penginderaan jauh juga menjadi bagian penting dalam memahami wilayah migas, dari memperjelas kenampakan hingga mengekstrak informasi penting dari citra. Ini melibatkan prinsip dasar pengolahan data untuk penyajian grafis, analisis kuantitatif, dan penggunaan karakteristik warna atau tone untuk variabel peta topografi,” urai Tri.

Kegiatan migas merupakan pekerjaan yang membutuhkan modal besar, teknologi canggih, dan sering kali memiliki risiko tinggi, menekankan pentingnya perencanaan yang matang untuk menjalankan setiap tahapan dengan lancar. Kondisi eksplorasi dan eksploitasi migas, terutama di lokasi terpencil tanpa infrastruktur yang memadai, menuntut perencanaan yang teliti dan pemahaman mendalam tentang kondisi lingkungan.

“Dalam konteks ini, penggunaan penginderaan jauh menjadi salah satu solusi vital untuk memahami lebih baik kondisi lokasi, baik untuk pemetaan geologi maupun evaluasi awal lingkungan, perencanaan logistik, pengembangan lapangan, dan pemantauan secara keseluruhan,” tutur Tri menjelaskan.

Tri menyampaikan bahwa efisiensi menjadi kunci penting dalam menjalankan kegiatan migas, yang selalu membutuhkan investasi modal dan teknologi tinggi, terutama di daerah terpencil. Penginderaan jauh menawarkan alternatif teknologi yang efisien untuk mendukung setiap fase kegiatan migas.

Menurutnya, tantangan ekplorasi dan eksploitasi migas ke depannya semakin kompleks terutama dengan adanya target netralitas karbon (net zero emission). Namun di sisi lain, aplikasi perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) memberikan harapan baru untuk skrining area eksplorasi migas.

“Bukti-bukti menunjukkan metode berbasis pembelajaran mesin (machine learning/ML) sebagai bagian dari AI mampu mempersempit area eksplorasi migas di cekungan Sumatra Tengah. Metode ini telah dipublikasikan di jurnal Q1. Hasil ini tentunya juga memudahkan geologist untuk menindaklanjuti temuan tersebut,” tuturnya.

Untuk mengembangkan lebih lanjut metode berbasis ML ini, Tri sedang mencoba mengaplikasikannya di pulau Jawa, dengan menganalisis variabel-variabel penting untuk eksplorasi migas. Selain membandingkan beberapa metode ML untuk eksplorasi migas.

“Kemajuan pesat dalam teknologi penginderaan jauh, seperti peningkatan resolusi spasial, spektral, dan temporal, memudahkan pemanfaatannya dalam berbagai aspek kegiatan migas, mulai dari tahap eksplorasi hingga produksi dan pemantauan lapangan. Dengan demikian, pemanfaatan penginderaan jauh dapat dioptimalkan secara menyeluruh untuk meningkatkan efisiensi dan keberhasilan kegiatan migas,” pungkasnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *