Cadangan Batu Bara di Lokasi Tambang PT BUMI Capai 2,4 Miliar Ton

Jakarta, Ruangenergi.com – Posisi cadangan yang tersimpan pada lokasi tambang batu bara milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencapai 2,4 miliar ton. Cadangan tersebut berasal dari anak usaha BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (Arutmin) serta aset di Pendopo, Sumatera Selatan.

Sementara perkiraan potensi sumber daya mencapai 6,81 miliar ton. BUMI mengklaim bahwa dengan cadangan tersebut masih bisa memproduksi batu bara hingga 30 tahun dengan volume produksi mencapai 80 juta ton per tahun.

“KPC mencatat cadangan batu bara sebesar 721 juta ton dan Arutmin sebesar 327 juta ton,” kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava dalam keterangannya, Jakarta, Senin (02/9).

Menurut Dileep Srivastava, aset BUMI di Pendopo memiliki cadangan sekitar 1,3 miliar juta ton.

“BUMI akan mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka panjang dari cadangan yang ada. Untuk itu, BUMI akan mengadopsi proses digital dalam operasional, dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi biaya produksi lainnya,” katanya.

Pihaknya juga berkomitmen memenuhi wajib pasok dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) yang ditetapkan pemerintah, tujuannya adalah menjamin keamanan pasokan batu bara domestik secara berkelanjutan dan optimasi penerimaan negara.

“Setidaknya secara nasional, BUMI berkontribusi terhadap DMO sebesar 25%. BUMI mencatatkan kenaikan produksi batu bara menjadi 37,7 juta ton di semester I-2024, naik dari periode sama tahun 2023 yaitu sebesar 35,4 juta ton,” tukasnya.

Menurut dia, kenaikan produksi batu bara itu didorong oleh performa kontraktor yang lebih baik, dan curah hujan yang lebih sedikit di wilayah pertambangan KPC.

“Kendati produksi meningkat 7%, pendapatan BUMI turun pada semester 1-2024. BUMI mencatatkan pendapatan konsolidasi (KPC dan Arutmin) sebesar USD 2,89 miliar, turun 13% secara tahunan atau year on year (yoy) dari sebelumnya USD 3,30 miliar,” tukasnya.

“Sementara itu, laba sebelum pajak USD141 juta, total pendapatan USD135 juta, pendapatan yang dapat diatribusikan USD85 juta (Naik 3,8% YoY),” lanjut dia.

Lebih jauh Dileep menyebutkan, bahwa pada semester pertama tahun ini, terdapat beberapa tantangan baik dari segi harga, pasokan, permintaan, produksi, tantangan regulasi, DMO, dampak subsidi harga, serta struktur royalti yang tidak merata antar sektor dan subsidi mineral.

“Untuk itu, rencana ekspansi BUMI di tahun ini adalah mengoptimalkan pendapatan dan laba bersih jangka panjang, selain itu BUMI juga akan mengadopsi proses digital dalam proses operasional dan berupaya semaksimal mungkin untuk menekan biaya produksi lainnya meski harga jualnya turun,” pungkasnya.(Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *