Lampung, Ruangenergi.com – BPH Migas bersama PT Pertamina (Persero) dan PT Telkom Indonesia (Persero), Tbk, melakukan pengawasan penerapan Digitalisasi Nozzel terhadap 2 SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum) di Lampung.
SPBU 24.353.58 Jl. Ahmad Yani No 99, Kurangan Nyawa, Kab. Pesawaran, Lampung; dan SPBU 23.345.09 Jl. Lintas Barat Sumatera, Lintik, Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Kepala BPH Migas, M. Fanshurullah Asa, mengatakan, bahwa lingkup pekerjaan Pertamina dengan Telkom terkait IT Nozzle, antara lain meliputi ATG, EDC sampai pencatatan nomor polisi.
“Sejauh ini menurutnya komitmen Telkom ada kesungguhan, terbukti sudah sampai 92% pemasangan EDC , hanya masih terkendala pencatatan nomor polisi yang harus ditingkatkan persentase kepatuhannya. Secara nasional 3 bulan lalu implementasi IT Nozzle sudah mencapai 31% persen, sekarang meningkat menjadi 40%,” katanya, (20/09).
Sementara itu, Sales Branch Manager MOR II PT Pertamina, Agung Suryatama, menyampaikan untuk di wilayah Provinsi Lampung, dari total target IT nozzle pada 149 SPBU, 65 SPBU sudah UAT (43,6%) jika tidak ada halangan tidak sampai seminggu sudah BAST.
“Pencatatan nomor polisi untuk solar sudah berjalan untuk wilayah Provinsi Lampung dengan rata2 tingkat kepatuhan 37,3%, sedangkan untuk Premium baru dimulai awal September dengan tingkat kepatuhan mencapai 4,4%. Artinya saat ini di Lampung sudah 65 dari 149 SPBU yang sudah selesai dilakukan instalasi dengan status UAT dan/atau BAST, sedangkan 56,4% sisa targetnya baru diterapkan sampai instalasi ATG,” jelasnya.
Dalam kunjungannya, Ifan kembali mengatakan, masih terjadi kendala di lapangan terkait penerapan IT Nozzle seperti yang dijelaskan operator SPBU bahwa saat ini yang sering terjadi saat pengisian misalnya mesin EDC kadang2 error (not responding), terutama pagi hari sinyal sering trouble, kendala ini bisa sampai setengah jam.
Karena itu, imbuh Ifan, data fluktuasi EDC error mesti akurat, sehingga bisa menjadi dasar komplain kepada telkom.
“Agar diidentifikasi problemnya apakah di sinyal atau di battery, siapkan form atau logbook keluhan/trouble yang mencatat secara detail berikut waktu-waktunya,” ujar Ifan.
Mengakhiri perbincangan, Ifan berpesan agar area Sumbagsel juga sebaiknya siapkan pelatihan operator, untuk standardisasi kompetensi operator.
“Ada anggaran Rp 12 M yang kami siapkan untuk pelatihan, yang sumbernya salah satunya dari Iuran Pertamina juga, untuk operator Ifan mengingatkan agar mencatat dulu nomor polisi baru melakukan pengisian BBM (mendorong Pertamina menerapkan pre purchase),” pungkas Ifan.