Cerita Camat Mandau yang Pernah Dibujuk untuk Rampas Sumur Rokan

Duri, Riau, ruangenergi.com- Ribuan barel minyak mentah hari per hari telah mengalir dari blok Rokan yang berada di Bumi Lancang Kuning, Riau. Blok Rokan merupakan produsen minyak mentah terbesar di Indonesia.

Ratusan bahkan ribuan pipa minyak terbentang membelah bumi Riau, melaju, mengalir membawa ’emas hitam’ ke kilang Putri Tujuh Dumai – Sungai Pakning dan diangkut memakai tanker minyak mentah untuk diekspor ke pelbagai negara, dijual oleh PT Pertamina (Persero).

Hari demi hari, tahun demi tahun ’emas hitam’ itu leluasa ‘estafet’ mengalir dari 11 ribu lebih sumur untuk ditampung ke fasilitas penampung, area Gathering Station yang berada di seputaran blok Rokan. Ribuan barel mengalir dengan aman sentausa.

Tidak ada issue illegal tapping maupun illegal drilling terjadi di area blok Rokan.Perlu diketahui, wilayah Blok Rokan memiliki luas 6.453 km2 dengan 10 lapangan utama, yaitu Minas, Duri, Bangko, Berkasap, Balam South, Kota Batak, Petani, Pematang, Petapahan, dan Pager. Blok ini membentang di 5 kabupaten Provinsi Riau, yakni Kabupaten Bengkalis, Siak, Kampar, Rokan Hulu, dan Rokan Hilir.

Salah satu kunci kesuksesan yang  berhasil dilakukan oleh managemen PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) selaku anak usaha dari Sub Holding PT Pertamina Hulu Energi (PHE), adalah melakukan pendekatan human relations kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat sekitar wilayah kerja operasi.

Masyarakat bersama para pimpinan pemerintahan, mulai dari level rukun tetangga hingga gubernur, di ‘wongke’ PHR. Sentuhan-sentuhan humanistik, persuasif dan kolaboratif dimainkan oleh PHR melalui Corporate Secretary Division, di mana di dalamnya ada fungsi-fungsi internal communications, ⁠external communication & stakeholder relation (south dan north), CSR, board support and Planning. Saat ini divisi Corporate Secretary PHR dipimpin oleh Rudi Ariffianto.

Adalah Riki Rihardi, S.STP, MSi, Camat Mandau, Kabupaten Bengkalis,Provinsi Riau bercerita betapa dirinya yang asli keturunan dari Suku Sakai, menolak ‘bisikan maut’ dari sekelompok orang untuk melakukan illegal drilling apalagi illegal tapping di seputaran blok Rokan.

“Saya pernah diajak sekelompok orang untuk melakukan perbuatan illegal ketika masa-masa sebelum alih kelola blok Rokan diserahkan ke PHR. Di saat ini, memang aktivitas Chevron (Chevron Pacific Indonesia) vacuum sama sekali. Tidak ada lalu-lalang kendaraan operasional yang mengangkut baik karyawan maupun peralatan pengeboran.Masa kelam. Sekitar tahun 2019 hingga 2020, sebelum alih-kelola blok Rokan berjalan,” kata Riki bercerita kepada ruangenergi.com, Rabu (07/08/2024),di Duri Camp, Riau.

Riki, walaupun usianya masih sangat belia, kelahiran 8 Mei 1985, tetap tidak bergeming satu langkah pun, menuruti bujuk rayu, ‘bisikan maut’ dari sekelompok orang.

“Pak Camat, ini waktu kita untuk menguasai sumber daya alam ini. Waktu kita untuk ambil alih sumur-sumur ini,” bujuk mereka ke Riki.

Namun dengan bijak, Riki berkata; ” Kita tidak ada ilmu untuk itu. Jadi jangan sampai rusak sumber daya alam ini akibat ketidakmampuan kita mengelolanya!”.

Masa itu memang, masa genting. Blok Rokan belum ada kepastian siapa yang menjadi operator untuk menjalankan operasi dan produksi di blok yang maha kaya-raya akan cadangan minyak dan gas.

“Saya sebagai suku asli Sakai, mendekati saudara-saudara saya yang ada di sana, mendekati Bathin yang ada di Suku Sakai, melarang mereka ikut-ikutan berbuat yang tidak baik pada sumur-sumur minyak yang ada di daerah kami, Bengkalis,” ujar Riki sembari menikmati jus jeruk yang disajikan pelayan di Rokan Caffe yang ada di area Camp Duri, di Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Pak Camat yang masih tampak belia itu, sembari memakai batik bermotifkan gambar Burung Cendrawasih, asal Papua, bercerita, sebagai pemimpin yang dipercaya oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis, sadar betul bahwa kegiatan operasi produksi minyak dan gas yang dikelola oleh Pertamina Hulu Rokan, telah memberikan banyak manfaat bagi warga Mandau.

Betapa tidak, warga yang tadinya tidak bisa mengembangkan rumah produksi batik asli Mandau, berkat bantuan dari PHR, kini bisa memproduksikan dan menjual Batik Mandau. Jadilah rumah produksi Batik Mandau sebagai mitra binaan dari Pertamina Hulu Rokan.

Pendekatan-pendekatan dari hati ke hati yang dilakukan oleh Camat Mandau ini, bentuk contoh kecil betapa sebenarnya illegal drilling maupun illegal tapping yang selama ini jadi momok menakutkan di industri hulu migas, bisa dicegah hanya dengan kesadaran yang dimulai dari diri sendiri, meluas,menggetok-tularkan ke sekitar.

Ketika pemimpin tidak mencuri, atau membiarkan pencurian terjadi di sekitarnya, maka niscaya masyarakat akan taat dan patuh kepada pimpinannya. Sebaliknya, ketika pimpinan itu terlihat rakus, bahkan gahar menggasak asset-asset negara, asset-asset industri hulu migas, maka dapat dipastikan bawahannya akan mengikuti jejak sang pemimpin tadi.

Illegal tapping apalagi illegal drilling di hulu migas bisa dicegah ketika masyarakat di sekitar mau dan peduli serta memproteksi diri, tidak ikut-ikutan merambah, membobok pipa migas yang ada di sana.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *