DEN

Masa Depan Industri Hulu Migas dalam Road Map Energi

Jakarta, Ruangenergi.com – Pemerintah menyebut telah terjadi perubahan paradigma dari Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (PP KEN) yaitu energi yang tadinya menjadi sumber pendapatan negara maupun daerah.

Hal tersebut dikatakan oleh Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, dalam webinar yang bertema Masa Depan Industri Hulu Migas dalam Road Map Energi secara virtual yang diselenggarakan oleh Forum Kehumasan Industri Hulu Migas (FKIHM) Jabanusa.

“Sekarang untuk pertumbuhan ekonomi, menjadi pencipta lapangan pekerjaan dan juga untuk kesinambungan pertumbuhan ekonomi baik di daerah maupun di pemerintah pusat dan tidak lagi menjadi andalan penerimaan negara karena kontribusinya di APBN tinggal di bawah 10%,” kata Djoko.

Ia menambahkan, target untuk menghentikan impor BBM (gasoline) tahun 2030 dengan upaya percepatan meningkatkan kapasitas kilang minyak melalui pembangunan 1 kilang baru dan 4 pengembangan produksi solar disesuaikan dengan kebutuhan, mendorong penggunaan kendaraan BBG sebesar 440 ribu kendaraan, mendorong penggunaan KBLBB sebesar 2 juta mobil dan 13 juta motor.

Untuk itu butuh insentif pembebasan pajak 10 tahun dan terakhir mengoptimalkan biofuel dengan mengintensifkan penggunaan B30 – B100, serta produksi BBN.

Dia menuturkan, mengenai upaya percepatan meningkatkan produksi minyak mentah dengan meningkatkan produksi 1 juta BOPD tahun 2030 melalui R to P, EOR dan eksplorasi, melakukan akuisisi lapangan minyak luar negeri dan membuat usulan kebijakan pemberian insentif yang fleksibel dan kompetitif. Sehingga penghematan devisa dapat mencapai sebesar US$ 14,1 Miliar per tahun.

Lebih jauh, ia menyampaikan mengenai strategi dalam mencapai target 1 juta BPOD yaitu peningkatan kinerja pegawai dan organisasi, peningkatan eksplorasi, peningkatan improve/EOR, percepatan dan penyederhanaan kegiatan, kemudian kerjasama yang harmonis antara pemerintah, industri, akademisi, dan asosiasi profesi serta efisiensi biaya operasional.

Sementara itu, Ketua Forum Kehumasan Industri Hulu Migas Jabanusa, Ichwan Arifin, mengatakan bahwa energi memegang peran penting dalam pertumbuhan ekonomi dan seluruh sektor kehidupan lainnya. Tren konsumsi energi di masa depan akan semakin meningkat dan ini akan dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.

“Merujuk pada data RUEN konsumsi minyak bumi Indonesia, diproyeksikan akan naik sangat drastis, di tahun 2050 hampir mencapai 139% dari konsumsi rata-rata 1,6 juta barel per hari menjadi 3,6 juta barel per hari. Demikian pula dikonsumsi gas justru akan meningkat lebih tinggi dari pada minyak. Di tahun 2050 diprediksikan akan mencapai 239% kenaikannya,” katanya.

“Kebutuhan energi saat ini maupun sekian tahun kedepan masih akan banyak ditopang dan disokong oleh non renewable energy resources seperti minyak bumi, karena itu keberadaan industri hulu migas menjadi sangat strategis untuk memenuhi kebutuhan energi maupun untuk menjaga ketahanan energi nasional,” sambung Ichwan.

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Nurwahidi, menjelaskan tujuan dari acara ini yaitu untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang peran penting sektor hulu migas bagi pembangunan dan perekonomian di wilayah Indonesia, khususnya di wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Selain itu juga, ia mengharapkan saran dan masukan dari pemerintah daerah terkait upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan produksi migas dan pengelolaan industri hulu migas di masa depan.

Tantangan kedepan cukup besar terutama untuk kegiatan eksplorasi. Sehingga diperlukan upaya yang strategis dalam menarik investor untuk melakukan kegiatan tersebut serta pemanfaatan dari teknologi tinggi yang sudah berkembang sampai saat ini.

Nurwahidi kembali menjelaskan mengenai empat strategi dalam mencapai visi 1 juta barel oil per day (BPOD) dan 12.000 million standard cubic feet per day (MMSCFD) yakni, melakukan optimalisasi produksi untuk lapangan eksisting agar ada kenaikan produksi yang cukup signifikan.

Selanjutnya, strategi yang kedua mentransformasi sumber daya yang ada saat ini menjadi produksi, yang ketiga adalah melakukan pengembangan water flood atau Enhanced Oil Recovery (EOR) pada area-area produksi yang eksisting sehingga di lapangan akan bisa memproduksi lebih besar lagi dan yang terakhir yaitu melakukan eksplorasi untuk bisa mempertahankan atau bahkan menaikan produksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *