Masih Menyimpan 68 Cekungan, Ini Cara SKK Migas Tarik Minat Investor

Surakarta, Ruangenergi.comSatuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus berupaya untuk meningkatkan iklim investasi di sektor migas ini yakni dengan cara menarik minat investor.

Hal tersebut dilakukan karena dari 128 cekungan yang dimiliki Indonesia, 20 cekungan diantaranya sudah berproduksi, 27 telah ditemukan namun belum berproduksi, 13 belum ditemukan dan masih ada 68 cekungan yang belum tereksplorasi.

“Kita memperkirakan investasi hulu migas di Indonesia sampai 2030 sebesar US$ 240 miliar. Ini akan cukup besar. Mudah-mudahan ini segera akan dilakukan oleh investor,” jelas Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, dalam sambutan penandatanganan kesepakatan bersama dengan antara Pemerintah Kota Surakarta dengan PT Petrotekno terkait pengembangan pelatihan di Solo Technopark, beberapa waktu lalu.

Dwi menjelaskan, kebutuhan minyak dan gas Indonesia diperkirakan akan meningkat signifikan.

“Kalau sekarang ini produksi minyak Indonesia sekitar 700 ribu barel oil per hari (BOEPD) di targetkan menjadi 1 juta BOEPD di tahun 2030. Gas yang saat ini memproduksi sekitar 6 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) ditargetkan akan meningkat menjadi 12 BSCFD di 2030. Ini sejalan dengan target yang telah ditetapkan SKK Migas,” imbuhnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo, SKK Migas berkomitmen untuk meningkatkan lifting minyak nasional mencapai 1 juta barel dan gas sebesar 12 BSCFD di 2030 mendatang, setelah sebelumnya sekitar 20 tahun lebih produksi migas Indonesia mengalami penurunan. Meski demikian, SKK Migas berharap tahun ini penurunan produksi dapat ditekan dan tahun berikutnya akan mengalami kenaikan produksi.

Dwi mengemukakan, tentunya hal ini butuh support yang besar dari seluruh pihak yang berkecimpung di sektor hulu migas. Selain itu, Presiden RI, juga sudah menjanjikan untuk memberikan fleksibilitas insentif dan lainnya untuk menjaga keekonomian.

Pasalnya, sektor hulu migas di Indonesia memiliki peran yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, terang Dwi, SKK Migas juga telah menetapkan Restra (Rencana Strategis) Indonesia Oil and Gas (IOG 4.0) dalam meningkatkan produksi migas nasional.

Pertama, melakukan Identifikasi kebijakan dan strategi untuk dapat meningkatkan investasi di A migas Indonesia dari kondisi dunia yang semakin kompetitif.

Kedua, meningkatkan kolaborasi antar para investor dan pemangku kepentingan sehingga dapat diperolehnya kesepakatan Program Kerja bersama.

Ketiga, masukan dari para pemangku kepentingan terhadap Rencana Strategis IOG 4.0 sehingga dapat mempercepat Implementasinya.

Keempat, Pemberian penghargaan atas pencapaian Kinerja KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) di dalam Industri Hulu Migas.

Selanjutnya, beradaptasi terhadap perubahan dan tercapainya kemandirian migas untuk Indonesia berupa diskusi panel dengan para pejabat Pemerintah Indonesia dan para pembicara global yang terkemuka dari IOC’s, NOC’s ; Forums dengan para CEO’s.

“Jika target ini tercapai, maka sektor hulu migas akan mencatat rekor produksi migas terbesar sepanjang sejarah Indonesia,” jelasnya kembali.

Lebih jauh, Dwi menjelaskan, untuk itu konvensi ini diharapkan dapat menjadi platform bagi titik balik perubahan mindset industri hulu migas yang lebih mengedepankan pola kerja ekstra-normal, dara kerja luar biasa, smart shortcut dan berorientasi hasil.

Sehingga Visi Industri Hulu migas untuk mengoptimalkan potensi hulu migas yang masih sangat besar, yang tersusun dalam Rencana Strategis IOG 4.0 dapat tercapai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *