Menyatukan Negeri dengan Pipa Gas: Ambisi Besar PGN di Era Transisi Energi, Mantab!!

Twitter
LinkedIn
Facebook
WhatsApp

Jakarta Barat, Jakarta, ruangenergi.com-Di negeri kepulauan seperti Indonesia, jarak bukan hanya diukur dengan kilometer, tapi juga dengan laut yang memisahkan. Namun, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) punya cara lain untuk menjembatani jarak itu—bukan dengan kapal atau jembatan baja, melainkan dengan pipa gas yang menjalar ribuan kilometer dari barat hingga timur.

Adalah Sekper PT PGN Tbk (PGN) Fajriyah Usman bercerita, dari terminal LNG di ujung Sumatera hingga pembangkit listrik di pesisir Papua, pipa-pipa itu membawa lebih dari sekadar energi. Mereka membawa janji akan masa depan yang lebih bersih, sejalan dengan visi pemerintah menjadikan gas bumi sebagai energi transisi menuju emisi yang lebih rendah.

Peta Ambisi: Barat dan Timur

PGN membagi misinya ke dalam dua wilayah besar. Di barat, perusahaan ini menjadi bagian dari proyek strategis menghubungkan jaringan pipa Trans Sumatera–Jawa. Jalur Dumai–Sei Mangkei, ruas Cirebon–Semarang, revitalisasi fasilitas LNG di Arun—semua menjadi puzzle yang perlahan disatukan. Terminal penerima di Jawa Timur sudah beroperasi, sementara di Jawa Barat, pembangunan tengah berjalan.

Ke timur, langkah PGN beriring dengan PLN Energi Primer Indonesia (EPI) untuk mengubah pembangkit listrik di Papua Utara menjadi berbahan bakar gas. Fasilitas LNG pun disiapkan bukan hanya untuk listrik, tetapi juga untuk menghidupkan smelter dan kawasan industri. Gas stranded—cadangan yang terisolasi dan sulit dijangkau—akan dihidupkan kembali. Jaringan gas rumah tangga pun mulai merambah kota-kota di Indonesia Timur, termasuk di Ibu Kota Nusantara yang sedang tumbuh.

Strategi G-A-S dan Menyiasati Ketidakpastian

Di balik gerak masif ini, ada strategi yang disingkat sederhana: G-A-SGrowth, Adapt, Step Out.
Growth adalah detak jantung PGN: membangun infrastruktur tanpa henti. Pipa Tegal–Cilacap untuk kilang Pertamina, jaringan di Kawasan Industri Kendal, hingga jalur Sei Mangkei–Dumai adalah buktinya.

Adapt adalah kemampuan untuk memanfaatkan peluang. Fasilitas LNG di Arun, LNG bunkering untuk bahan bakar kapal, hingga mini LNG plant masuk dalam daftar.

Step Out berarti melangkah keluar dari zona nyaman, menuju energi baru dan terbarukan yang masih punya benang merah dengan gas: biometana, pengangkutan CO₂, bahkan produksi hidrogen.

Di tengah ketidakpastian global yang memengaruhi harga dan pasokan energi, PGN memilih bergerak dengan strategi integrasi. Jaringan gas diperluas, pasokan diagregasi, semua demi satu tujuan: menghadirkan energi dengan harga terjangkau bagi pelanggan.

“Dari Dumai sampai Papua, dari dapur rumah tangga hingga industri besar, PGN ingin memastikan gas bumi mengalir lancar,” ujar  Fajriyah Usman, dengan nada optimistis, Sabtu (09/08/2025).

Pipa gas bukan hanya soal logam yang membentang di bawah tanah atau laut. Ia adalah urat nadi yang menyatukan industri, menggerakkan rumah tangga, dan menghubungkan visi besar Indonesia menuju masa depan rendah karbon.

Jika peta ambisi PGN ini terwujud, maka suatu hari nanti, energi yang mengalir di pipa-pipa itu akan menjadi kisah tentang bagaimana Indonesia menyatukan dirinya—bukan hanya secara geografis, tapi juga secara energi.