Jakarta,ruangenergi.com-Angggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari Fraksi Gerindra R.Wulansari menyampaikan pertanyaan menarik kepada calon Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (Bph Migas) Kusnendar.
R.Wulansari atau akrab dengan sapaan Mulan Jameela, bertanya mengenai penetapan pemerintah dalam hal ini terkait PT Pertamina (Persero) sebagai offtaker dalam pengembangan kilang minyak.
“Bagaimana cara Bapak Kusnendar menjamin hal ini bagi para investor terkait dengan regulasi dan birokrasi yang nanti akan dihadapi? Yang kedua,terkait dalam mencari sumber crude oil baru melalui kerjasama dengan investor asing,bagaimana cara Bapak Kusnendar mengatur pemanfaatan dan pengelolaan sumur-sumur tua,yang sekarang dikelola BUMD dan KUD.Karena dalam paparan tadi, Bapak hanya menyampaikan, membicarakan tentang sumur-sumur baru.Sedangkan sumur-sumur tua yang saat ini Indonesia memiliki sebanyak 1400,menurut kami masih memiliki potensi untuk memacu produksi migas nasional yang bisa mempengaruhi perekonomian masyarakat. Dan bagaimana juga komentar Bapak bagaimana pengawasan timbulnya sumur-sumur illegal pada saat ini,” kata R.Mulansari di saat fit and proper test calon Komite BPH Migas di Komisi VII DPR RI,Selasa (29/06/2021) di Jakarta.
Sedangkan dari Fraksi PDI Perjuangan yang diwakili oleh Mercy Barenz bertanya kepada calon anggota Komite BPH Migas Kusnendar mempertanyakan jika terpilih nanti,apa upaya sang calon untuk memperkecil disparitas harga bahan bakar minyak (BBM).
“Saya kasih contoh ya harga bbm di perbatasan sangat jauh-jauh berbeda harganya. Saya ingin dapat gambaran dari Bapak,seberapa jauh BPH Migas,melakukan upaya-upaya untuk memastikan bahwa masyarakat yang berada di wilayah-wilayah terluar atau wilayah 3T mendapatkan atau menatalayani masyarakat dan disparitas harga dapat diperkecil. Aksesbilitas dan keterjangkauan masyarakat kecil terhadap bbm subsidi dapat dilayani,” tanya Mercy.
Calon Komite Bph Migas Kusnenda menanggapi pertanyaan Mulan Jameela. Dia menyampaikan bagaimana caranya kilang yang dibangun bisa efisien, perlu supply terjamin dan offtaker dari produk-produknya harus terjamin.
“Kilang-kilang ke depannya selain untuk bbm juga untuk produk-produk sebenarnya yang banyak digunakan dimana produk petrochemical dimana masih banyak yang harus dilakukan dengan cara impor,”tegas Kusnendar.