Jakarta, Ruangenergi.com – Mengusung konsep virtual, Digital Indonesia International Geothermal Convention (DIIGC) 2020 resmi dibuka oleh President Internasional Geothermal Association (INAGA), Prijandaru Effendi dan Chairman of DIIGC 2020, Eko Agung Bramantyo di Jakarta.
Berlangsung hingga 3 hari mendatang, mulai tanggal 8 – 10 September 2020, acara tersebut sebagai agenda tahunan Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) sekaligus merupakan forum Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) INAGA.
DIIGC 2020, meliputi program Virtual Technical Paper Presentation Virtual Convention, Virtual Workshop dan Virtual Field Trip.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan, bahwa target pengembangan energi panas bumi sesuai Kebijakan Energi Nasional (KEN) adalah sebesar 7.241,5 Megawatt (MW) di tahun 2025.
Pasalnya, hingga saat ini pemerintah mencatat penggunaan pembangkit listrik yang berasal dari Geothermal sebesar 3.109,5 MW.
“Pemerintah senantiasa memberikan dukungan bagi pengembangan panas bumi dalam mencapai agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan (sustainable development goal) di bidang energi,” jelas Arifin, dalam sambutannya secara virtual, (08/09).
Ia menambahkan, dimana kegiatan ini harus dijalankan dengan melibatkan berbagai pihak baik dari segi pemerintah maupun di luar pemerintah.
“Harus bersama-sama berkomitmen mengambil langkah-langkah strategis, terukur, dan berkelanjutan khususnya untuk mencapai target pengembangan panas bumi yang sudah di canangkan sampai dengan tahun 2025,” tuturnya.
Dalam Bauran Energi Nasional, lanjutnya, Pemerintah menargetkan porsi EBT (Energi Baru Terbarukan) sebesar 23% di tahun 2025, Batubara sebesar 30%, Minyak Bumi sebesar 25%, dan Gas Bumi sebesar 22%,.
“Sementara, pada 2050 jumlah pengguna pembangkit EBT akan mendominasi untuk penopang energi nasional yakni sebesar 31%, lalu Batubara sebesar 25%, Minyak Bumi sebesar 20%, dan Gas Bumi sebesar 24%,” imbuhnya.
Sejalan dengan hal itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE), Kementerian ESDM, Ir. F.X. Sutijastoto, mejelaskan, sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan target bauran energi, serta keikutsertaan Indonesia dalam Paris Agreement pada tahun 2015, hal itu menjadi komitmen kuat untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan salah satunya pengembangan energi panas bumi.
Sehingga sangat relevan dengan tema yang saat ini diangkat yaitu “The Future is now, Committing Geothermal Energy for Indonesia’s Sustainable Development” (Komitmen Energi Panas Bumi untuk Pembangunan Berkelanjutan Indonesia).
Sementara, President INAGA, Prijandaru Effendi, menyampaikan bahwa energi panas bumi menjadi penting karena potensinya yang cukup melimpah dan sudah terbukti dapat diandalkan sebagai base-load.
Selain keuntungan dari sifat energi bersih dan terbarukan, katanya, Indonesia mempunyai potensi panas bumi yang sangat besar sekitar 40% dari potensi seluruh dunia sekitar 25 Giga Watt (GW) saat ini total kapasitas terpasang sudah lebih 2.000 MW.
“Saat ini, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Amerika Serikat sebagai produsen energi panas bumi terbesar. Dengan demikian hal ini bisa dijadikan momentum dimana panas bumi di Indonesia dapat ikut berperan sebagai agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan serta membantu meningkatkan keekonomian dalam negeri serta membantu menurunkan emisi gas rumah kaca,” katanya.
Ia mengharapkan, momen ini dianggap mampu menciptakan peluang baik untuk menjalin kerjasama antara pemangku kepentingan industri panas bumi.
“API akan terus mendukung upaya–upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan energi Indonesia khususnya energi panas bumi. DIIGC merupakan wujud keseriusan API atas dukungan tersebut yang telah diselenggarakan sejak tahun 2013 secara berturut–turut,” paparnya.
“Acara tahunan ini akan selalu menjadi forum dan momen besar dalam mempertemukan lembaga pemerintah, pembuat kebijakan pemangku kepentingan, investor, perusahaan jasa, akademisi, dan pakar industri panas bumi untuk berkumpul bersama, berbagi perkembangan terbaru baik regulasi maupun teknologi mengenai industri panas bumi,” imbuh Chairman DIIGC 2020, Eko Agung Bramantyo.
Eko menargetkan lebih dari 1.000 delegasi menghadiri convention yang terdiri dari perusahaan pengembang panasbumi, perusahaan pelayanan panasbumi, perusahaan pendukung, pemerintah, serta mahasiwa/i.
“Kegiatan ini sudah dimulai dari tanggal 1 – 4 September 2020 dengan sesi Virtual Technical Paper Session, jumlah total paper terkumpul 41 full paper (terdiri dari 17 professional & 24 university) serta Full Paper yang diterima 21 presentasi (terdiri dari 15 profesional & 6 university) dan 10 poster (terdiri dari 2 profesional & 8),” katanya.
Sementara, tahun ini Lumut Balai Geothermal Field (milik PT Pertamina Geothermal Energy Power Plant) menjadi tujuan dari Virtual Field Trip DIIGC 2020 tahun ini. Acara ini juga dilaksanakan dengan kegiatan donasi bagi masyarakat yang terkena dampak pandemi saat ini.
“Dukungan untuk terus menggali potensi Panas Bumi di Indonesia akan terus diberikan. Panas Bumi memberikan banyak manfaat. Bukan hanya energi listrik yang kita rasakan, melainkan juga manfaat dari segi sosial, ekonomi, hingga pembangunan daerah. Berdasarkan target pemasangan energi panas bumi dengan energi yang sudah terpasang, potensi energi panas bumi masih bisa dimaksimalkan,” tandasnya.