Kuala Tanjung, Sumatera Utara, ruangenergi.com– Mengunjungi pabrik peleburan INALUM atau smelter aluminium yang berada di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, terasa berbeda dengan smelter lain yang pernah dikunjungi oleh ruangenergi.com.
Smelter aluminium milik Inalum sebagai bagian dari holding pertambangan MIND ID ini asri, sejuk dan peduli akan lingkungan.
Padahal, Inalum atau PT Indonesia Asahan Aluminium sebagai perusahaan produsen aluminium terbesar di Indonesia, telah berdiri sejak tahun 1976 hingga sekarang. Tidak ada kesan pabrik kumuh, kusam. Yang ada, di Inalum terkesan pabrik megah dan perkantoran dengan arsitektur modern, canggih.
Direksi Inalum kompak menjaga lingkungan smelter aluminium bersih dan jauh dari kesan pabrikan pada umumnya. Di Inalum bersih, tidak jorok serta penuh dengan pepohonan.
Uniknya, dalam proses membuat aluminium dari alumnina, tidak ada sama sekali ‘sampah’ tersisa akibat peleburan. Karena sampah tersebut dilebur untuk dijadikan karbon lagi dan dipakai untuk peleburan kembali. Sehingga secara proses Inalum benar-benar memanfaatkan semua proses secara berkelanjutan.
Tidak sampai di situ, ‘sampah’ karbon tadi jika sudah tidak bisa dilebur dan menjadi seperti bongkahan kerikil, diangkut dan ditebarkan di seputaran yard gardu listrik. Bongkahan karbon diserakan ke sekeliling gardu, katanya untuk sebagai peredam.
Beranjak sedikit ke arah pelabuhan (Port of Inalum/TUKS Kuala Tanjung), pengunjung disuguhi pemandangan menakjubkan. Dari sisi jalan, nampak burung-burung mencari ikan di laut yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari jalan menuju port/pelabuhan.
Setiap tahun, puluhan ribu burung dari belahan bumi sebelah utara bermigrasi ke belahan bumi selatan. Setiap tahun pula, pesisir Kabupaten Batu Bara menjadi lokasi persinggahan burung-burung tersebut.
“Inalum memiliki komitmen untuk menjaga fenomena alam ini dengan terus menjaga dan melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar pesisir untuk menjaga ekosistem persinggahan burung-burung tersebut demi menjaga kelestarian alam dan ekosistem global,” kata Sekretaris Perusahaan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Mahyaruddin Ende saat ditemui ruangenergi.com di Kantor Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, (09/11/2023).
Lebih menarik lagi, Ende-sapaan akrab Mahyaruddin- menjelaskan hasil survei burung oleh Yayasan Warisan Hidup Sumatera (Whis) terdapat beberapa lokasi penting habitat burung terancam punah dan persinggahan migrasi burung air di sepanjang pesisir Sumatera Utara, termasuk di pesisir pantai Port Inalum/TUKS.
Ruangenergi.com, melihat langsung burung-burung itu ada di seputaran TUKS Inalum. Menurut informasi dari Humas Inalum, burung Kedidi Besar saat ini sedang singgah di sana. Migrasi dari Eropa singgah ke Kuala Tanjung mencari makan (ikan-ikan kecil),kemudian terbang lagi di bulan Desember ke Australia.
Posisi TUKS Inalum sendiri luar biasa strategis. Betapa tidak, hanya sepelemparan batu sudah nampak Selat Malaka, selat legendaris di perairan Sumatera. Kapal Patroli Armada Barat TNI Angkatan Laut kerap berpatroli, singgah mengawasi TUKS Inalum.
Menarik juga disimak, ternyata bahan baku alumina yang dipakai untuk hasilkan Aluminium kebanyakan impor diantaranya dari India, Australia bahkan Cina. Kebetulan saat itu Kapal dari India sedang loading alumina ke conveyor belt di TUKS Inalum.
Ada cerita menarik lagi. Ternyata sejak berdirinya Inalum, sudah terbukti sebagai smelter yang ramah lingkungan dan green energy. Betapa tidak, untuk melakukan proses smelter, memakai tenaga listrik. Inalum memiliki dua Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 603 Mega Watt (MW).
Kedua pembangkit listrik tenaga air, yakni PLTA Sigura-Gura dan PLTA Tangga. Keduanya berlokasi di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara, mengandalkan sumber daya air dari Danau Toba yang sudah beroperasi sejak tahun 1982.
Ini bukti, Inalum layak dinobatkan sebagai Smelter Aluminium Terlama Memakai Listrik Tenaga Air dan wajar kalau perusahaan ini mendapat Proper Emas.
Jadi teringat pesan dari Dirut MIND ID Hendi Prio Santoso ketika hadiri perayaan HUT perusahaan aluminium itu di Smelter Kuala Tanjung dan Lapangan Tanjung Gading, Kabupaten Batubara mulai Jumat (6/1/2023) sampai Sabtu (7/1/2023).
Hendi dalam sambutannya mengatakan masa depan industri aluminium sangat cerah. Untuk itu Inalum harus terus mengambil posisi sebagai garda terdepan untuk menyuplai aluminium tanah air.
“Program elektrifikasi umumnya bergantung pada aluminium. Tuntutan utama menggunakan aluminium semakin besar. Hampir semua kegiatan industri dan bangunan menggunakan aluminium. Masa depan insan Inalum sangat baik dan cerah. Peluang ini jangan sampai disia-siakan. Mari kita isi dengan torehan prestasi dan pencapaian. Pesaing Inalum sudah siap mengambil posisi penyuplai aluminium di Indonesia. Jangan sampai leadership Inalum ini hilang. Tidak hanya grup MIND ID tapi amanah rakyat melalui pemerintah yang disampaikan kepada kami,” kata Hendi.
Menurut Sekretaris Perusahaan Inalum Mahyaruddin Ende, perseroan saat ini fokus pada peningkatan kapasitas produksi aluminium sebagai langkah perusahaan dalam memenuhi permintaan pasar aluminium yang semakin tinggi.
“Oleh karena itu kami melakukan beberapa aksi korporasi seperti Proyek Upgrading Teknologi Tungku Reduksi, Optimalisasi Smelter Kuala Tanjung yang ditargetkan akan meningkatkan kapasitas produksi di tahun 2024-2025 dan Proyek Diversifikasi Aluminium Remelt melalui anak usaha IAA,”pungkas Ende dengan wajah berseri-seri, bersemangat menjelaskan kepada ruangenergi.com.