Jakarta,ruangenergi.com- Setelah 6-8 kali tertunda, selama 2 tahun sejak target awal Desember 2021, akhirnya IPP Jawa-1 yang dibangga-banggakan Pertamina dikabarkan positif akan COD November 2013 ini.
Berita COD ini, jika memang benar, maka menkonfirmasi ramalan jitu si pendiri PPI dan deal maker IPP Jawa-1, Ginanjar, pada wawancara dengan RE sebelumnya tahun lalu, Oktober 2022.
Ditengah publikasi media besar-besaran, Ginanjar saat itu memotong simpang siur dan menyadarkan optimisme publik bahwa COD Jawa-1 paling cepat November 2023 atau mundur 2 tahun. “Jawa-1 is a Managerial Disaster”, Instrument Jawa-1 “tertidur” sehingga gagal mencegah delay tersebut, demikian ungkap Ginanjar.
Di wawancara kali ini Ginanjar menyatakan ketidakheranan kemunduran tersebut, Jawa-1 sudah over-contaminated? Ikuti diskusi selengkapnya bersama ruangenergi.com:
RE: Ramalan anda JITU. Koq bisa?
GR: Ya logika sederhana saja, no brainer.
RE: Ada permasalahan dengan teknis?
GR: Itu kan sudah dari awal diketahui Management Pertamina dan PPI sendiri, seharusnya dapat dimitigasi. Masalah teknis mah simple.
RE: masalah teknis anda anggap ringan. Ada persoalan lebih besar rupanya? Ada yang bilang, project delay itu wajar. Apalagi untuk proyek-proyek besar dan kompleks.
GR: Excuse boleh saja. Pertama: Di bisnis dan proyek-proyek power generation, CCGT justru proyek paling simple. Yang kompleks itu salah satunya adalah PLTU (pembangkit batubara). Yang paling kompleks ya PLTN (Nuclear). Diperlukan penguasaan teknologi tinggi, disiplin dan kapabilitas safety super tinggi. Salah sedikit anda ter-expose kecelakaan kerja dengan daya rusak kemanusiaan dan lingkungan sekelas Chernobyl. Anda belum ada di kelas itu.
Kedua: Kalaupun ada, maka kompleksitas CCGT adanya di Gas Solution, LNG molecul dan Infrastuktur-nya, bukan di Power Solution-nya.
LNG molecul sudah ditangani oleh PLN sebagai project owner dan offtaker, FSRU sudah selesai dan masuk 8 bulan sebelum target COD Desember 2021. Gas Solution solved…! apalagi?
RE: Ada beberapa proyek sejenis di luar negeri yang juga delay, berarti wajar kan?
GR: Nahhhhh……., anda harusnya cukup cerdas untuk memahami dan belajar dari kegagalan atau masalah di proyek lain sebelumnya, then gak menimpa proyek anda. Apa yang anda lakukan setelah mendengar itu? Mitigasi anda apa?
Text Book, Proyek itu terdiri dari 3 tahap. Tahap Pre Project, Tahap Construction, dan Tahap Operation.
Tahap Pre Project adalah yang paling kompleks dan berat, milestone atau lebih tepat disebut parameter achievement nya adalah Memenangkan Proyek dan Financial Closure. Nah, di tahap ini anda bukan hanya boleh delay, tapi boleh gagal juga. Mengapa?, anda hanya ter-expose Sunk Cost, masih kecil.
Tahap Construction, parameter sukses nya adalah Mechanical Completion-COD. Di tahap ini, anda cukup hire a real good engineer, selesai. Semua keputusan strategis sudah diambil di Tahap-1, anda tinggal eksekusi.
Di tahap ini, anda tidak boleh gagal. Mengapa? 1) Anda sudah inject equity dan spending uang banyak, 2) Anda sudah terikat komitment dengan Lenders dan juga Offtaker. Anda harus deliver, bagaimana mempertanggunjawabkan-nya? Otherwise kena penalty, dan itu cost-nya tinggi.
Tahap Operation, parameter-nya adalah operation excellent, termasuk disitu HSSE. Anda tinggal hire a real good operator and engineer.
RE: Tahap 1 anda bilang paling kompleks?
GR: Setidaknya ada 4 komponen yang harus anda manage dengan baik: 1) Partnership, 2) Project TechNoMic, 3 Financing, 4) General Support.
Anda hanya bisa memenangkan proyek kalau bisa memanage ke empat komponen itu dengan profesional.
Partnership, tiap partner punya dan kepentingan-nya masing-masing. Financing, di project-project besar butuh capital expenditure besar, anda tidak mungkin membiayai proyek dengan equity, not smart. Technomic, anda gak akan gear-up dan majukan proyek kalau dari awal sudah tahu atau anda punya sense bahwa proyek tidak viable.
RE: Di Tahap ini, wajar bila gagal atau eksekusi proyek tertunda?
GR: Wajar, namanya juga Pre-Project. Anda belum spending banyak. Tapi tetap anda harus mempertanggung jawabkan biaya-biaya Pre Development dan sunk-cost, ini masalah accountability. Anda tidak buang-buang uang perusahaan hanya untuk study, anda harus punya penciuman tajam mana proyek yang viable dan dilanjutkan ke tahap selajutnya atau drop?
Anda initiate dan develop project bukan karena iseng atau supaya kelihatan sibuk.
RE: Di Tahap-1, mana yang menurut anda paling berat?
GR: Partnership. Ini bisa bias. Jawa-1 adalah Managerial Disaster. Pimpinan konsorsium de yure nya adalah Pertamina, tapi de facto nya justru ada di parter sebelah, kita mengidap penyakit inferiority complex, seolah orang asing itu dewa, kasihan.
RE: Nah, anda dikabarkan berseteru dengan partner, padahal pemilihan dan pembentukan partnership tentunya sudah terbangun chemistry dari awal?
GR: Saya kena jebakan Betmen….haha
RE: Perihal?
GR: itu nanti saja, di Episode berikut….haha. Penentuan partnership-nya unik, sehingga pada saat pergantian Direktur baru kita harus rectify.
RE: Dan tetap menjadi partner di proyek-proyek Pertamina grup lainnya kan?
GR: Ya, salah satunya Bangladesh IPP. Tahun 2019 kita ganti partner, officially saya berkirim surat ke Pertamina, Direktur PIMR dan cc ke Direktur Keuangan. Tapi gagal, Tahun 2020 tetap dibalikin lagi ke partner lama, Magic. Bangladesh IPP is over-contaminated.
RE: Bangladesh dikumandangkan sejak 2018, sekarang sudah 2023, sudah 5 tahun Pre-Development nya? Bakal jadi?
GR: Rumit. Plus, anda sudah gagal di proyek pertama dengan partner yang sama, mau lanjut ke proyek lain? Anda gak cerdas.
RE: Berapa waktu dan biaya untuk pre-development selama itu? wajar? Berapa lama lagi?
GR: Anda tanya ke diri sendiri. A good sailor can smell the sea and feel the sky. A great sailor weathers the storm he cannot avoid, and avoids the storm he cannot weather…
RE: Kembali ke Jawa-1, dengan COD November ini, semua permasalahan akhirnya terselesaikan?
GR: Anda kehilangan 2 tahun potential income. Artinya, anda menderita opportunity lost selama 2 tahun. Pasti impact ke project economic. Jangan-jangan sekarang masuk Zona Merah.
RE: Kalau ternyata, setelah dihitung ulang, project economic nya masih bagus atau setidaknya di Zona Kuning, aman berarti?
GR: Belum tentu. Check dulu, anda yakin operational performance-nya nanti disepanjang sisa umur proyek 23 tahun bisa sesuai dengan target parameter-parameter pada saat anda FID? Dengan permasalahan2 teknis tersebut, big question.
RE: Ada solusi?
GR: Jawa-1 Expansion.
RE: Jawa-1 Expansion? Untuk recovery ke-ekonomian proyek, Bukankah itu harus ada restu dari PLN?
GR: Ya kalau keduanya sepakat, bisa saja. Pertanyaanya adalah, apakah dengan terms dan harga yang sama? Apakah tunjuk langsung atau harus tender? Apakah setelah case delay 2 tahun, PLN confident dengan Konsorium Jawa-1? Seru tuh.
RE: Ada solusi lain?
GR: Divestasi…..
RE: Dengan performa seperti itu, memang ada yang mau ambil?
GR: Yang paling masuk akal adalah PLN “ambil alih” proyek Jawa-1.
RE: Bukankah itu rumit?
GR: Rumit bahkan bisa ada yang claim conflict of interest. It’ll take lots of works and headaches, tapi bisa diselesaikan.
RE: Mekanisme-nya bagaimana?
GR: Detailnya nanti di Episode berikut saja…hehe. Tapi ide ini pernah saya diskusikan dengan PTH Dirut PLN di tahun 2019, pada saat saya ada konflik dg para Partners.
Ginanjar, off the record, kemudian menjelaskan diskusi mekanisme penyelamatan proyek yang dia bicarakan dengan PTH Dirut PLN saat itu setelah terjadinya conflict dengan para partners.
Dia juga menjelaskan mengapa delay 2 tahun sebenarnya bisa dihindari, jika PPI pada saat itu berani mengambil keputusan dramatis di periode Desember 2019 – April 2020 sehingga COD tetap bisa sesuai target di Desember 2021.