Jakarta, Ruanfenergi.com -Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, menyatakan bahwa reforestasi untuk menyediakan bahan baku co-firing merupakan langkah signifikan dalam menjaga lingkungan dan mendukung transisi energi menuju net zero emission.
“Dengan menanam kembali pohon-pohon di lahan kritis, kita tidak hanya memproduksi sumber energi terbarukan, tetapi juga mengembalikan fungsi ekosistem yang hilang,” katanya di Jakarta, Senin (28/10).
Menurut Ferdy, langkah ini menunjukkan bahwa reforestasi tidak hanya berkontribusi pada pasokan biomassa, tetapi juga memperbaiki kondisi lingkungan yang telah terdegradasi.
“Melalui reforestasi, lahan yang sebelumnya kritis dapat ditanami pohon indigofera, jenis tanaman yang mampu menyimpan air sehingga tanah menjadi subur,” ujarnya.
Ia menambahkan, ranting pohon dari hasil reforestasi nantinya diolah oleh masyarakat menjadi biomassa, yang kemudian dibeli oleh PLN sebagai bahan campuran batu bara di PLTU melalui proses co-firing. Co-firing adalah teknik pembakaran bersama dua jenis bahan bakar, biasanya biomassa dan batubara, di dalam pembangkit listrik.
“Dengan menggunakan biomassa, penggunaan batu bara dapat dikurangi sehingga emisi karbon pun menurun, menjadikan pembangkit listrik lebih ramah lingkungan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ferdy menyebutkan bahwa meskipun pembakaran biomassa menghasilkan emisi karbon, proses pertumbuhan kembali tanaman di area reforestasi akan menyerap karbon dari atmosfer, sehingga tidak menambah emisi baru. Dengan demikian, penggunaan biomassa dapat dianggap sebagai karbon netral.
“Pohon yang ditanam dalam program reforestasi bisa menghasilkan kayu, sisa tanaman, atau bahan organik lain yang kemudian diolah menjadi pelet biomassa,” tambahnya.
Ferdy juga menambahkan bahwa biomassa memiliki potensi besar untuk digunakan dalam pembangkit listrik, yang pada gilirannya dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
“Dengan menggunakan biomassa, PLTU dapat beroperasi lebih ramah lingkungan dan membantu menurunkan emisi dari pembakaran bahan bakar fosil,” pungkasnya.(SF)