Medco Energi Internasional

Strategi Medco Energi Internasional Menuju Net Zero Emission

Jakarta, Ruangenergi.com PT Medco Energi Internasional Tbk mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyusun strategi untuk menghadapi perubahan iklim menuju Net Zero Emission.

CEO PT Medco Energi Internasional, Roberto Lorato, mengatakan langkah awal untuk memenuhi komitmen MedcoEnergi dalam mencapai emisi Net Zero paska Pandemi Covid-19 yaitu membaiknya permintaan gas untuk domestik.

“Saat ini kami telah mempublikasikan Strategi Perubahan Iklim beserta langkah-langkah awal untuk memenuhi komitmen MedcoEnergi dalam mencapai emisi Net Zero untuk Scope 1 dan Scope 2 pada tahun 2050 dan Scope 3 pada tahun 2060,” ungkap Roberto Lorato, dalam keterangannya yang diterima Ruangenergi.com, (26/10).

Melalui anak usahanya Medco Power, perseroan berhasil melakukan penjualan sebesar 1.355 GWh di semester pertama 2021. Dimana sekitar 33% tersebut  dihasilkan dari sumber energi terbarukan miliknya.

“Penjualan listrik naik 19% year-on-year (yoy) terutama karena peningkatan kinerja uap di Sarulla Geotermal dan diimbangi dengan permintaan listrik yang lebih rendah di Batam selama adanya lockdown lokal,” katanya.

Ia melanjutkan, belanja modal ketenagalistrikan digunakan untuk melanjutkan commissioning Pembangkit Listrik Combined Cycle 275 MW Riau, pembangunan fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya 26 MWp di Sumbawa dan Tahap-1 Pembangunan 30 MW geotermal di Ijen.

Selain itu, Medco Power mengumumkan bahwa bersama mitra konsorsium akan mengembangkan proyek  percontohan Impor Tenaga Surya 100 MW dengan kapasitas sebesar 670 MWp dari Indonesia ke – Singapura, di Pulau Bulan, Provinsi Kepulauan Riau. Hal itu tengah menyusul pemberian izin prinsip impor dari Energy Market Authority (EMA) Singapura.

Sementara, Presiden Direktur Medco, Hilmi Panigoro mengatakan bahwa proyek tenaga Surya di Pulau Bulan bersama Singapura merupakan langkah lanjutan Perseroan menuju perubahan iklim.

“Saya senang melihat peningkatan kinerja Perusahaan. Pengumuman Proyek Tenaga Surya di Pulau Bulan merupakan langkah lanjutan terhadap Strategi Climate Change
kami dan saya sepenuhnya mendukung komitmen MedcoEnergi untuk mencapai Net Zero pada tahun 2050,” ungkap Hilmi.

Tak hanya upaya Medco Energi Internasional untuk menurunkan emisi, perseroan juga mengumumkan kinerja konsolidasi yang telah diaudit untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2021 (1H-2021) di tengah terpaan badai Covid-19.

“Dengan senang saya melaporkan peningkatan hasil kinerja semester pertama. Harga pada paruh kedua 2021 terus membaik dan permintaan gas domestik mulai pulih setelah lockdown
ekonomi di Indonesia,” terang Roberto kembali.

Pasalnya, EBITDA 1H-2021 sebesar AS$ 318 juta, meningkat 15% year-on-year (yoy), sebagian besar terkait pulihnya harga komoditas.

“Harga minyak AS$62,3/bbl, 61% lebih tinggi y-o-y (AS$38,7/bbl) dan harga rata-rata gas AS$5,9/mmbtu, 8% lebih tinggi y-o-y (AS$5,4/mmbtu),” katanya.

Sementara, EBITDA pada kuartal kedua 2021 adalah AS$159 juta, jumlah ini sedikit di bawah EBITDA kuartal pertama, meskipun harga minyak lebih tinggi dikarenakan penghentian fasilitas yang tidak direncanakan serta adanya biaya terkait aset internasional dan Aceh.

“Laba Bersih pada 1H-2021 adalah AS$46,5 juta. Ketiga segmen bisnis membukukan laba Minyak & Gas sebesar AS$88 juta, Ketenagalistrikan sebesar AS$22 juta dan Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sebesar AS$33 juta seiring dengan kinerja Fase 7 yang terus meningkat dan diimbangi oleh biaya kantor pusat dan pinjaman,” paparnya.

Selain itu, Perseroan juga mengeluarkan belanja modal sebesar AS$28 juta, konsisten dengan rendahnya aktivitas selama pembatasan COVID-19 di 1H-2021.

“Pengeluaran akan meningkat pada paruh kedua namun rencana belanja modal setahun akan tetap sesuai pedoman tahun 2021 Perseroan,” tuturnya.

Ia melanjutkan, terkait kas dan setara kas pada 1H-2021 adalah AS$551 juta. Roberto mengatakan, hutang konsolidasi adalah AS$2,6 miliar, turun 14% dari 1H-2020. Hutang Restricted group3 adalah AS$2,2 miliar, turun AS$442 juta year-on-year dengan Hutang Bersih3 AS$1,8 Miliar dan Hutang Bersih terhadap EBITDA1 adalah 3,1x.

“Perseroan akan terus proaktif mengelola kewajiban dan deleverage kuartal demi kuartal. Semua Obligasi IDR 2021 dan 2022 yang akan jatuh tempo, telah dijamin dalam escrow sebesar AS$123 juta,” bebernya.

Sementara, lanjut Roberto, di sektor minyak dan gas bumi, pihaknya berhasil memproduksi migas sebesar 94 mboepd. Di mana angka ini mengalami penurunan sebesar 7% dari 1H-2020, yang disebabkan adanya program perawatan rutin dan penghentian fasilitas yang tidak direncanakan. Serta dengan permintaan gas domestik yang masih rendah selama lockdown COVID-19 pada kuartal kedua di Indonesia. Biaya produksi Minyak &
Gas per unit adalah AS$9,6 per boe.

Untuk itu, pihaknya mengalokasikan belanja modal Minyak & Gas sebagian besar digunakan untuk pekerjaan beberapa proyek pengembangan Minyak & Gas di PSC South Natuna Sea Block B.

“Pengembangan ini akan berlanjut pada 2022 dengan rencana gas pertama dari lapangan Hiu pada 2Q-2022, gas pertama dari proyek Belida Extension pada 4Q-
2022 dan minyak pertama dari lapangan Forel serta gas dari lapangan Bronang pada 4Q-2023,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *