Ilustrasi PLTU Co-firing

Terobosan Co-firing Biomassa Indonesia dalam Clean Energy Ministerial ke-11

Jakarta, Ruangenergi.com – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengupayakan terobosan baru dalam pemanfaatan biomassa.

Hal tersebut guna mengurangi penggunaan energi fosil yakni batubara yang masih dominan serta mendorong pencapaian target bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025.

Pada launching Biofuture Platform dalam rangkaian pertemuan internasional 11th Clean Energy Ministerial (CEM11) yang dilakukan secara online, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, mewakili Direktur Jenderal EBTKE, mengatakan, salah satu yang didorong adalah pemanfaatan co-firing biomassa sebagai subtitusi batubara pada pembangkit listrik.

“Kami mendorong co-firing biomass pada pembangkit listrik tenaga batubara dengan harapan bisa memenuhi target tambahan bauran energi sebesar 1-3% pada tahun 2025 serta berkomitmen melanjutkan penggunaan B30 dan akan terus megembangkan biodiesel pencampur yang lebih tinggi dalam waktu dekat yakni uji coba B40,” jelas Feby, (18/09).

Ia menjelaskan, dalam skema co-firing ini, pengembangan biomassa yang akan dioptimalkan potensi pemanfaatanya adalah pelet biomassa yang bersumber dari segala jenis sampah organik.

Feby melanjutkan, harapan akan meningkatkan kemandirian energi nasional serta mengoptimalkan potensi pembangkit listrik tenaga biomassa yang sampai saat ini baru mencapai kurang dari 1,9 GW dari total potensi sekitar 32 GW.

“Sekitar 114 PLTU sudah melakukan co-firing test dengan menggunakan biomass pellet serta RDF hingga 10%, bergantung pada teknologi boiler. Kami berharap pada tahun 2021 kami dapat mulai menerapkan co-firing di PLTU batubara secara berkelanjutan,” paparnya.

Menurutnya, dalam komitmen dan kajian uji penerapan B30 serta pengembangan B40, campuran biodiesel adalah cara yang efisien untuk mengembangkan solusi yang lebih ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan energi yang sudah diimplementasikan sejak 2016. Pasalnya, pada 2019, pihaknya mencatat, realisasi konsumsi biodiesel sebesar 6,4 juta kL.

Konsumsi biodiesel di 2020 diproyeksikan akan turun sebesar 13% dari alokasi tahun 2020 (9,6 juta kL) akibat pandemi Covid-19.

“Meskipun terpukul pandemi global, pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk melanjutkan program wajib B30,” tegasnya.

Lebih jauh, Feby mengatakan, Pemerintah juga tengah melakukan penyiapan uji coba B40. PT Pertamina bersama ITB (Institut Teknologi Bandung) dan pemangku kepentingan terkait lain pun mendukung dengan mengembangkan katalisator untuk menghasilkan green-fuel berbasis minyak sawit yang diharapkan siap berproduksi pada tahun 2023.

Sebagai informasi, dalam acara virtual tersebut juga akan diluncurkan Biofuture Platform Initiative sebagai inisiatif baru dalam CEM.

Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan ambisi internasional dan memajukan produksi, perdagangan, dan penggunaan bioenergi berkelanjutan secara global melalui analisis, kebijakan, program, maupun proyek. Biofuture Platform Initiative akan diimplementasikan dalam kemitraan erat dengan sektor swasta.

Bioenergi adalah potensi besar sektor energi terbarukan yang merupakan salah satu industri energi paling padat karya. Inisiatif ini sangat penting untuk keberhasilan transisi ke sistem energi rendah karbon dan didorong menjadi inti dari rencana pemulihan perekonomian akibat pukulan pandemi Covid-19.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *