Mamit Setiawan

1 Juta Barel, Pengamat : PR Besar Yang Harus Diselesaikan

Jakarta, Ruangenergi.com – Pengamat Energi, Mamit Setiawan menilai target lifting migas dalam 9 tahun kedepan atau 2030 yakni 1 juta barel per hari yang diusung oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan pengawasan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sangat berat.

Terlebih lagi jika melihat kondisi lapangan migas yang tua dan eksplorasi lapangan migas baru yang membutuhkan investasi dan teknologi tinggi.

“Ini menjadi PR yang harus diselesaikan oleh teman-teman SKK Migas. Bagaimana SKK Migas dapat berkomunikasi dengan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) yang ada agar target tersebut bisa tercapai,” ungkap Mamit dalam program Squawk Box, CNBCIndonesia, (08/02).

Ia melihat, dalam 9 tahun kedepan sangat besar, terlebih tantangan di sektor migas sangat banyak sekali, salah satunya lapangan migas bisa dikatakan sudah tua. Terlebih lagi saat ini pembangunan lebih banyak mengarah ke Indonesia bagian timur dan juga laut dalam, di mana itu membutuhkan biaya yang cukup besar dan teknologi yang mumpuni.

Selain itu, lanjutnya, dengan pembangunan yang dilakukan di laut, itu akan semakin mahal dan bukan hal yang mudah juga untuk dilakukannya.

“Belum lagi soal perizinan. Banyaknya tumpang tindih perizinan pusat dengan daerah, belum lagi adanya gangguan keamanan. Bicara adanya pengeboran belum lagi adanya dampak isu sosial. Jadi sebenarnya banyak faktor yang harus diperhatikan oleh Pemerintah (Kementerian ESDM) dan juga SKK Migas dalam mencapai target tersebut,” tuturnya.

“Buat saya 9 tahun kedepan itu bukan waktu yang panjang di sektor migas, sedangkan kalau untuk mendapatkan sumur minyak itu membutuhkan proses yang sangat panjang. Dengan kondisi sekarang cadangan minyak kita hanya tinggal 2,4 miliar barel, bahkan Pak Menteri ESDM (Arifin Tasrif) menyatakan 9 tahun lagi akan habis jika kita tidak menemukan cadangan migas baru,” papar Mamit.

Untuk itu, ia menyatakan, butuh kegiatan eksplorasi yang sangat banyak sehingga target 1 juta barel dapat terealisasi. Belum lagi jika bicara proses penandatanganan Plan of Development (PoD), hal itu butuh waktu yang cukup panjang.

“Menurutnya saya agak sulit dicapai 1 juta barel dengan berbagai permasalahan teknis dan juga kendala-kendala investasi yang sedang kita hadapi saat ini,” terangnya.

Lebih jauh, Mamit melihat, 9 tahun kedepan Indonesia masih akan tergantung dengan energi fosil, karena menurutnya target bauran energi sebesar 23% di 2025 yang digaungkan oleh pemerintah akan sulit tercapai. Sebab hal tersebut bisa dilihat sekitar 90% pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih menggunakan batubara.

“Tapi sekali lagi, ini merupakan PR yang sangat besar bagi teman-teman di SKK Migas, bagaimana mereka dapat mewujudkan target 1 juta barel tersebut,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *