Jakarta,ruangenergi.com–Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas bumi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (PSDMBPBG KESDM) mengatakan bahwa batu bara dapat mengandung Rare Earth Elements (REE) atau Unsur Tanah Jarang (UTJ) dengan kadar setara dengan kadar REE yang ditemukan pada mineral pembawa REE.
Batubara terdiri dari komponen organik dan non organik. Keberadaan REE pada batu bara berasosiasi dengan komponen non organiknya. Proses pembakaran batubara di PLTU akan menghilangkan komponen organik dan menyisakan komponen non organik. Proses ini dapat mengakibatkan pengkayaan kandungan REE pada abu hasil pembakaran batubara. Kadar REE dalam fly ash batubara diindikasikan 10 kali lebih besar dibandingkan di dalam batu bara itu sendiri. Penelitian pada fly ash dari berbagai batu bara peringkat tinggi dunia menunjukkan kadar REE rata rata sebesar 445 ppm, setara dengan REE dalam mineral yang telah diusahakan secara komersial
Berdasarkan data terakhir dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan batubara Indonesia mencapai 26,2 miliar ton. Dengan produksi batubara sebesar 461 juta ton tahun lalu, maka umur cadangan batubara masih 56 tahun apabila diasumsikan tidak ada temuan cadangan baru.
Selain cadangan batubara, masih ada juga sumber daya batubara yang tercatat sebesar 124,6 miliar ton. Untuk itu, Pemerintah terus mendorong upaya eksplorasi dalam rangka meningkatkan cadangan batubara tersebut.Di Indonesia, lebih dari 48% pembangkit listrik yang beroperasi saat ini menggunakan batubara sebagai sumber energinya.
Proses pembakaran di PLTU untuk jumlah tersebut menghasilkan residu abu batubara sebesar kurang lebih 4,93 juta ton dengan rincian 0,78 juta ton berupa bottom ash dan 4,20 juta ton berupa fly ash. Fly ash batubara jika tidak diutilisasi diangap sebagai produk buangan. Proses ekstraksi REE dari fly ash batubara bisa meningkatkan nilai tambah batubara. Dengan asumsi kadar REE dalam fly ash sebesar 400 hingga 1000 ppm, maka potensi REE dalam abu batubara Indonesia diperkirakan cukup besar.
Saat ini Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) tengah melakukan studi terkait potensi REE dalam batubara Indonesia. Studi dilakukan bekerjasama dengan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Hasil studi diharapkan dapat mengungkap potensi REE dalam batubara Indonesia serta membuka peluang peningkatan nilai tambah batubara dan peningkatan pendapatan negara melalui produksi REE dari batubara Indonesia. Lebih jauh, produksi REE akan juga berarti membuka peluang berdirinya berbagai industri modern di Indonesia yang artinya juga membuka banyak lapangan kerja baru.
Dalam catatan ruangenergi.com,Rare Earth Elements (REE) atau Unsur Tanah Jarang (UTJ) adalah unsur penting yang digunakan pada berbagai produk yang kita gunakan sehari-hari seperti telepon seluler, hard drive, lensa kamera, microwave, peralatan medis, persenjataan canggih maupun berbagai produk teknologi tinggi lainnya.
REE adalah 17 unsur dalam kerak bumi yang terdiri dari 15 unsur logam lanthanides (La, Ce, Pr, Nd, Pm, Sm, Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, Lu) ditambah scandiun dan yitrium. Sebenarnya, walaupun disebut sebagai unsur tanah jarang, unsur-unsur tersebut tidak sepenuhnya langka dan terdapat dalam jumlah cukup banyak dalam kerak bumi.
Hanya saja disebut jarang karena unsur-unsur tersebut cukup sulit diperoleh dalam jumlah signifikan sesuai kebutuhan kehidupan modern saat ini. Karena sifatnya yang unik REE tidak bisa digantikan oleh komponen lainnya dalam menunjang perkembangan teknologi modern. Itulah yang menyebabkan REE menjadi mahal harganya. REE ini umumnya dijumpai dalam beberapa mineral seperti monasit, xenotime, dan bastnaesite. Namun beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa batubara pun dapat mengandung REE dengan kadar setara dengan kadar REE yang ditemukan pada mineral pembawa REE.