Bandung, Jawa Barat, ruangenergi.com- Urgensi pembangunan pipa transmisi Dusem, menurut Koordinator Perencanaan Infrastruktur Migas ESDM Sugiarto, akan menjadi kunci integrasi pipa gas sepanjang Sumatera dan integrasi Sumatera-Jawa (dengan dibangunnya Cisem), menyalurkan potensi gas bumi dari WK Andaman Aceh untuk dimanfaatkan di Sumatera dan Jawa.
Pembangunan pipa Dusem memiliki dasar hukum yang tercantum dalam peraturan-peraturan dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional. Saat ini, pihaknya sedang menyusun dokumen dan perencanaan feasility study yang telah dilakukan oleh Lemigas dan masuk ke basic design (rancangan awal) bekerja sama dengan Perguruan Tinggi, dan Detail Engineering, Procurement and Constructions yang semuanya diharapkan sampai akhir tahun ini bisa selesai.
“Pembangunan Dusem ini sangat-sangat penting dan juga ada urgensi kenapa harus segera dibangun, pemerintah turun untuk melaksanakan proyek tersebut karena menjadi kunci integrasi pipa gas dari Sumatera sampai Jawa,” kata dia dalam Forum Gas Bumi, Kamis (20/06/2024), di Bandung, Jawa Barat.
Sugiarto bercerita, selain urgensi tersebut manfaat Dusem yaitu untuk mendukung harga gas yang lebih terjangkau, mengurangi subsidi LPG 3 kg sebesar Rp 420 miliar per tahun, penghematan biaya Rp 107 miliar per tahun, penghematan devisi Rp 720 miliar per tahun, hingga potensi penerimaan negara sebesar Rp 1,89 triliun per tahun dari iuran BPH migas dan Rp 12 miliar per tahun dari iuran BPH Migas.
“Tahun kemarin kami berhasil menyelesaikan pipa Cisem I, tahun ini kami lanjutkan Cisem II tahap pembangunan Juli ini. Dusem direncanakan akan mulai konstruksi tahun depan sehingga diharapkan interkoneksi pipa transmisi dari Aceh dan Jawa Timur bisa segera direalisasikan,” kata Sugiarto.
Sugiarto menuturkan, strategi pendekatan penyediaan infrastruktur gas bumi Indonesia terbagi menjadi Indonesia Barat dan Timur, di mana pada Indonesia bagian Barat mengandalkan konektivitas gas pipa dan Indonesia bagian Timur melalui Virtual Pipeline, menggunakan moda transportasi LNG berbasis kapal. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan faktor geografis dan kebutuhan demand antara Barat dan Timur.