Jakarta, ruangenergi.com- Pemerintah Republik Indonesia jelas-jelas sedang mengerem pemakaian minyak dan batubara pada pembangkit.
Ada 2 (dua) moda energi yang menjadi base load dan peaker pada pembangkit ketenagalistrikan saat ini, yakni air dan gas.
Air, tidak mudah juga karena untuk membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dibutuhkan studi dulu sekian tahun. Tapi kalau gas, bisa untuk menopang base load dan peaker, inilah menjadi salah satu energi yang diunggulkan ke depan nanti.
Demikian disampaikan Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi Laode Sulaeman dalam sebuah diskusi dihelat, Jumat (20/09/2024), di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Laode bercerita, Indonesia pada saat ini masih punya cadangan oil untuk 11 (sebelas) tahun atau 2,41 billion barrel kalau dibagi dengan produksi saat ini, kurang lebih sebelas tahun. Gasnya masih bisa 15 tahun.
“Nah ini ditopang oleh penemuan-penemuan besar yang nanti akan menambah jumlah proven reserve yang masih bisa diambil dari perut bumi Indonesia. Proyek-proyek besar yang ditemukan seperti di blok Andaman, North Ganal, Masela, Agung dan lain-lain. Jadi proyek-proyek ini nanti harus menjadi penopang utama didalam proses ketahanan energi kita,” jelas Laode.
Laode melanjutkan, mungkin 10-15 tahun lalu hampir 100 persen gas alam Indonesia diekspor ke luar negeri, sekarang pelan-pelan diarahkan untuk kepentingan di dalam negeri.
“Penemuan-penemuan gas itu nantinya bisa menjadi penopang kebutuhan industri dan masyarakat ke depan,”ungkap Laode.
Pemerintah,lanjut Laode, sedang mengupayakan agar mulai dari ujung Aceh sampai di Jawa Timur itu ada pipa besar transmisi gas yang bisa memasok kebutuhan masyarakat dan industri di sana. Sementera di bagian timur, kita arahkan melalui moda LNG, mini LNG karena pulau-pulaunya banyak. Jadi pembangkit listriknya kecil-kecil dan tidak mungkin kita membangun rangkaian pipa yang rumit-rumit, kita penuhi dengan pola LNG.
“Di Indonesia Timur, sedang diupayakan pembangkit-pembangkit yang tadinya menggunakan BBM (bahan bakar minyak), digantikan dengan menggunakan gas. Sudah ada tahapan untuk menuju ke sana dan sedang berproses,”tegas Laode.