Jakarta, ruangenergi.com- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) termasuk di dalamnya Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (Ditjen Migas) plus Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berupaya keras dengan segala cara bisa menambah produksi migas di Indonesia di tahun 2025.
KESDM akan terapkan Multi Stage Fracturing untuk peningkatan produksi migas pada sejumlah lapangan yang dianggap potensial.
“Sebenarnya sudah pernah dilakukan di beberapa sumur di PHR dan hasilnya baik. Pernah diterapkan 8 stages pada reservoir yang tight ( Low Quality Reservoir). Melihat keberhasilan ini tahun 2025 akan diimplementasikan lebih banyak lagi sumurnya. Sekitar 10 sumur dengan stages bisa mencapai 10 atau lebih fracturingnya. Tentunya akan efektif pada sumur horizontal,” kata pejabat tinggi di lingkup Kementerian ESDM yang enggan diungkap namanya, bercerita kepada ruangenergi.com beberapa waktu lalu, di Jakarta.
Dia bercerita, fracturing itu dilaksanakan di Pertamina Hulu Rokan (PHR) dimana sumur migasnya berada di onshore (daratan).
Untuk Pertamina Hulu Offshore South East Sumatera (PHE OSES) dimana sumur migasnya berada di lepas pantai (offshore), maka akan dilakukan horizontal drilling dikombinasikan dengan multi stage fracturing.
“Di PHE OSES horizontal drilling dulu. 2-3 sumur. Intinya ingin membuka peluang Low Quality Reservoir (LQR) masih bisa produktif dengan teknologi, baik horizontal drilling maupun dikombinasikan dengan multi stages fracturing.
Dalam catatan ruangenergi.com, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatera Subholding Upstream Pertamina, terus melakukan upaya pencarian dan produksi minyak di Wilayah Kerja (WK) Rokan, salah satunya melalui proyek Multi Stage Fracturing (MSF) sumur horizontal di lapangan Kotabatak.
Melalui terobosan ini PHR berhasil melakukan eksekusi sumur MSF Kotabatak dengan produksi di atas 500 barel minyak per hari (BOPD).
EVP Upstream Business PHR, Andre Wijanarko, mengatakan, eksekusi proyek MSF sumur horizontal tersebut dilakukan selama kurang lebih tiga bulan sejak April 2024, dan mulai diproduksikan sejak 27 Julib2024 di Lapangan Kotabatak PHR, Kabupaten Kampar, Riau, dengan hasil produksi di atas 500 BOPD. Proyek ini merupakan proyek sumur MSF horizontal dengan 8 Stage yang pertama di Pertamina.
“PHR terus berupaya agar angka produksi migas dari Blok Rokan terus bertambah, salah satunya dengan menjalankan proyek MSF sumur horizontal. Kita telah menyelesaikan sumur pertama dan Alhamdulillah hasilnya positif,” kata Andre.
Proyek multi stage sumur horizontal merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan recovery minyak di lapisan low quality reservoir.
“Penggunaan metode MSF pada sumur horizontal dapat meningkatkan (recovery) sumur produksi berdasarkan jumlah fracturing (perekahan) yang dilakukan pada lateral section sumur horizontal tersebut,” ujar Andre pada 30 Juli 2024 lalu.