Ketika Rojo Koyo Dipelihara, Gas Mengalir ke Desa Mukti Sari

Pekanbaru, Riau, ruangenergi.com- Tidak ada satupun manusia di muka bumi ini rela bau kotoran ternak pelan tapi pasti masuk ke dalam rongga-rongga jendela di dalam rumah, tercium hidung dan mengganggu kenyamanan hidup.

Namun berbeda dengan warga  Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Indonesia, dengan sukarela mencium bau kotoran ternak sapi, setiap hari masuk ke dalam rumah. Tapi, eit..tunggu dulu, bau kotoran sapi itu lenyap karena berubah wujud menjadi bio gas.

Biogas itu terjadi berkat bantuan dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang memberikan unit reaktor untuk mengolah kotoran sapi yang diternakan warga Desa Mukti, menjadi biogas.

“Kami mengintervensi program berupa pembuatan reaktor biogas, dimana saat ini sekitar 10 (sepuluh) titik. Awalnya mereka ada penolakan-penolakan warga karena mereka mempertanyakan manfaatnya reaktor biogas itu.Alhamdulilah, akhirnya mereka bisa menerima dan memanfaatkan biogas jadi sumber energi di rumahnya,” kata Corporate Social Responsibillity Manager PT Pertamina Hulu Rokan Pandji Anoraga dalam bincang santai sembari minum jus dan makan pisang goreng kipas bersama ruangenergi.com, Rabu (07/08/2024), di Pekanbaru, Riau.

Warga Desa Mukti Sari mula pertama reaksinya adalah ketakutan bukan karena takut biogasnya meledak, namun takut karena di sudut-sudut rumahnya-jendela-pintu-kamar-terendus bau ‘eek’ sapi, kotoran dari hewan herbivora yang gemar memamah-biak rumput segar itu. Padahal, kotoran sapi itu diolah menjadi biogas dan nyaris tidak berbau kotoran namun gas methana.

Gas metana (CH4) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sehingga tidak dapat dideteksi oleh indera manusia. Gas metana merupakan komponen utama gas alam dan gas rumah kaca yang kuat, berkontribusi pada efek pemanasan global. Metana terbentuk melalui proses dekomposisi materi organik di lingkungan anaerobik (tanpa oksigen). Bakteri metana atau arkea metana merupakan mikroorganisme yang memainkan peran kunci dalam produksi metana selama proses ini.

Gas metana dapat diperoleh dari tempat pembuangan akhir, dari hasil dekomposisi sampah, feses ternak, lahan gambut, serta limbah cair minyak kelapa sawit (POME). Gas metana mudah terbakar dan digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, pemanas air, dan lain-lain.

Gas metana memiliki titik didih −161 °C (−257.8 °F) pada tekanan 1 atmosfer. Sebagai gas, metana hanya mudah terbakar bila konsentrasinya mencapai 5-15% di udara. Metana yang berbentuk cair tidak akan terbakar kecuali diberi tekanan tinggi (4-5 atmosfer).
Mengurangi emisi metana merupakan peluang tercepat yang kita miliki untuk segera memperlambat laju pemanasan global. Sekitar 30% dari pemanasan global saat ini disebabkan oleh metana dari tindakan manusia.
“Tadinya rumah yang dialiri biogas dicemoohkan tetangga.’Ah nanti masakannya bau kotoran sapi’; baju yang disimpan dilemari bisa bau kotoran sapi karena biogas masuk ke kompor rumah,” cerita Pandji.
Namun berkat gigihnya tim CSR PHR yang dikomandoi oleh Pandjie, mereka berhasil meyakinkan masyarakat Desa Mukti Sari untuk mau memanfaatkan biogas hasil dari pengolahan kotoran sapi.
“Melihat Pak Hilman (salah satu pemilik sapi yang rumahnya pertama kali dipasang pipa biogas dari hasil reaktor gas metana kotoran sapi) sukses usahanya (peternakan sapi) dan dapat gas gratis dari biogas, kini warga desa berbondong-bondong minta dipasang reaktor biogas di rumahnya, dipasang. Kini sudah 21 (dua puluh satu) reaktor biogas terpasang di rumah-rumah warga Desa Mukti Sari,” ungkap Pandjie.

Pandjie menjelaskan ke-21 reaktor biogas tersebut merupakan kontribusi PHR yang diserahkan pemanfaatannya untuk warga desa tersebut. Pandjie mengaku pihaknya banyak mendapatkan bantuan dari  Yayasan Rumah Energi untuk pemasangan reaktor biogas.

PHR, lanjut Pandjie, akan diskusikan bersama Yayasan Rumah Energi selaku mitra pelaksana pendampingnya, buat semacam kelembagaan untuk menjamin sustainability-nya. Minimal untuk perbaikan pipa gas yang memakai pipa paralon masuk ke rumah-rumah warga.

“Dibangun sama PHR reaktornya, kecuali Sapinya yang memang diternak oleh warga di sana. Nah saat ini sudah 150 rumah merasakan manfaat dari biogas tersebut. Tidak hanya itu, hasil lain dari biogas ini, menghasilkan juga pupuk cair, bio sullry perbulan 773 liter,” ujar Pandjie lagi.

Tidak hanya menikmati gas metana untuk keperluan memasak, ternyata bisa juga dimanfaatkan untuk menyalakan lampu petromak khusus bahan bakar biogas.

“Berkat reaktor biogas disamping dipakai sebagai bahan bakar untuk memasak warga, ternyata bisa juga dimanfaatkan untuk penerangan rumah-rumah warga berkat lampu petromak biogas,” jelas Pandjie.

Pandjie menuturkan, keyakinan orang Jawa, sapi itu rojo koyo. Nah, “Rojo koyo” adalah kata yang secara harfiah berarti “raja kekayaan”.

Sapi merupakan salah satu hewan yang dipelihara dengan hampir semua bagiannya memiliki nilai tambah, sehingga bisa dijuluki sebagai “rojo koyo”.

Sapi dapat dimanfaatkan untuk susu, daging, kulit, jeroan, tanduk, dan kotorannya. Sapi juga dapat dijadikan tabungan untuk masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *