Pagi belum juga terang, namun para Ibu sibuk lalu-lalang menyiapkan dagangan. Para Bapak tak kalah sigap membantu sang istri memanggul hasil bumi dari sepeda motor ke lapaknya. Saat sinar surya menjelang, suasana makin ramai. Ada yang menawar sambil membawa keranjang rotan, melahap lontong tahu kecap untuk sarapan, atau sekadar menikmati secangkir kopi kothok tanpa gula. Teriakan di lorong-lorong membuat pasar begitu penuh energi. Mereka menjajakan barangnya agar terbeli.
Aris, Ketua Pengelola Pasar Desa Gayam, Bojonegoro, Jawa Timur, mengungkapkan, suasana seperti ini kini dirasakan setiap hari. Pasar yang baru dibuka kembali pada Agustus 2021 lalu usai program revitalisasi dari ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), anak perusahaan ExxonMobil operator Blok Cepu di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Program tersebut telah meningkatkan geliat ekonomi warga Kecamatan Gayam dan daerah sekitarnya.
“Pendapatan pedagang sebelum revitalisasi hanya pada saat hari pasaran tiap wage dan pahing kurang dari Rp1,5 juta. Setelah revitalisasi yang dimulai sejak 2018 lalu, pasar buka tiap hari. Pendapatan mereka meningkat dua kali lipat,” ujarnya.
Ia menambahkan, dibangunnya sekitar 75 kios dan 130 lapak pedagang membuat roda perekonomian pasar terus bergerak, terutama di masa pascapandemi. Para pedagang dan pembeli pun semakin nyaman. Ditambah lagi dengan fasilitas drainase yang baik, tempat pembuangan sampah, ketersediaan kantor pengelola, hingga peningkatan kapasitas manajerial para pengurusnya.
“Pasar Gayam yang kini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Gayam Mandiri berhasil memperoleh pendapatan hingga Rp105 juta per tahun. Jumlah tersebut bersumber dari sewa kios dan retribusi. Selama beroperasi, perputaran uang menembus sekitar Rp41 juta dalam setiap kegiatan pasarannya,” sambungnya.
Kesibukan juga terasa di Koperasi Produsen Agribisnis (KPA) Makmur Sejahtera Bersama, Desa Katur, Bojonegoro. Lokasinya hanya sepuluh menit dari pasar tadi. Alat penggiling padi meraung-raung bekerja tanpa henti. Tanpa lelah, mereka terus mengolah gabah kering hasil dari 263 petani lokal binaan dari 12 desa di Kecamatan Gayam dan dua desa di Kecamatan Kalitidu. Setidaknya, ada lebih dari seribu ton gabah kering yang diserap oleh KPA dari mereka.
“Ini jenis menthik wangi yang diberi merk Patembayan Dewi Sri,” ujar Darusman, Ketua KPA, sambil memperlihatkan beras yang sudah dikemas. “Beras ini sudah diuji dan disertifikasi serta kami jual kepada katering untuk konsumsi pekerja Lapangan Banyu Urip, toko, minimarket, serta hotel dan restoran di wilayah sekitar.”
Kesabaran para petani, sambung Darusman, membuahkan hasil yang luar biasa. Pendampingan yang dilakukan secara berkelanjutan oleh EMCL sejak 2014, mulai dari bantuan modal, alat penggilingan, hingga uji laboratorium, membuat hasil peluh para petani kini bernilai lebih.
“Tidak hanya memberi keuntungan bagi para petani lokal dari sisi ekonomi, melainkan juga membantu ketahanan pangan di Kabupaten Bojonegoro,” lanjutnya.
Aris dan Darusman menjadi motor bagi sekitarnya. Aspek keberlanjutan dan semangat mewujudkan nilai bersama menjadi prinsip mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, terutama untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat di masa pascapandemi ini.
Kontribusi Energi Berkelanjutan
Semangat yang sama juga menjadi landasan komitmen EMCL dalam mendukung ketahanan energi di Indonesia. Dengan dukungan SKK Migas dan para mitra, produktivitas Blok Cepu dengan operasional yang aman, andal, dan efisien menjadi kontributor utama produksi minyak dalam negeri hingga lebih dari 25 persen. Saat produksi puncak, Blok Cepu dapat menghasilkan hingga 235.000 barel per hari.
“Hingga pertengahan 2022 ini, EMCL bangga telah menghasilkan produksi kumulatif minyak Blok Cepu lebih dari 540 juta barel. Jumlah ini melebihi dari target rencana pengembangan awal (POD) sebesar 450 juta barel. Angka tersebut juga menunjukkan operasi Blok Cepu telah berkontribusi terhadap pendapatan Indonesia setara hampir enam kali lipat investasi awal,” ungkap Muhammad Nurdin, Senior Vice President Production EMCL.
Keandalan operasional Blok Cepu, lanjut Nurdin, tak lepas dari tangan terampil dan kinerja brilian orang-orang terbaik negeri ini. Lebih dari 99 persen tenaga kerja di kegiatan operasi Blok Cepu adalah putra-putri terbaik Indonesia. Selain itu, di masa konstruksi Proyek Banyu Urip pun melibatkan lebih dari dari 460 perusahaan nasional dan lokal serta mendapatkan efek berganda dalam transfer teknologi dan pengetahuan. Sebanyak lebih dari 85 persen subkontraktor nasional tersebut berasal dari daerah sekitar, terutama Bojonegoro dan Tuban.
“Ini juga merupakan wujud implementasi prinsip keberlanjutan dan pemberdayaan yang kami lakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar pulih lebih cepat sekaligus peningkatan kapasitas sumber daya dalam negeri,” ujar Nurdin. “Investasi kami di Indonesia lebih dari sekedar meningkatkan pendapatan nasional.”
Pemberdayaan ekonomi para mitra pengusaha lokal di sektor hilir juga menjadi fokus ExxonMobil melalui anak perusahaannya PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI). Terdapat lebih dari 11.000 pengusaha ritel tersebar di seluruh Indonesia yang menjual dan mendistribusikan pelumas merk MobilTM dan Federal. Terlebih, merk pelumas tersebut diolah di pabrik Cilegon dengan kapasitas 700.000 barel per tahun.
PT EMLI juga berkomitmen penuh menyediakan akses energi berkualitas tinggi hingga tingkat pedesaan. Lebih dari 2.000 MobilTM Mikrosite hadir di Pulau Jawa dengan penjualan bahan bakar non-subsidi berkualitas RON 92. Perusahaan juga memasok bahan bakar diesel ke wilayah Jawa, Kalimantan, dan bagian timur Indonesia untuk mendukung pertumbuhan industri pertambangan dan aktivitas bisnis lainnya. Selain itu, PT EMLI juga memasok lebih dari 350.000 ton produk petrokimia untuk pasar Indonesia. Beberapa diantaranya digunakan sebagai bahan baku pembuatan masker kesehatan.
Komitmen Wujudkan Emisi Rendah Karbon
Sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia mencapai target penurunan emisi ataupun Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, ExxonMobil turut berkomitmen mendukung pencapaian hal tersebut. Salah satunya yakni melalui penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS). Teknologi tersebut akan membantu menurunkan emisi gas rumah kaca dengan menyerap karbondioksida dari sumbernya untuk kemudian dimasukkan kembali ke dalam bumi secara aman.
“Bersama dengan Pertamina, saat ini kami sedang melakukan evaluasi penerapan teknologi rendah karbon di Indonesia melalui implementasi CCS,” ujar Hariadi Budiman, Chief of Representative of Esso Indonesia Inc., salah satu anak perusahaan ExxonMobil di Indonesia.
The United Nations Intergovernmental Panel on Climate Change menyatakan bahwa teknologi tersebut akan memainkan peran penting dalam mencapai target penurunan emisi. Secara kumulatif, lanjutnya, ExxonMobil memiliki pengalaman lebih dari tiga dekade dalam menerapkan teknologi tersebut dan telah menyerap sekitar 40% karbondioksida yang diproduksi oleh manusia dari aktivitas industri.
“Kolaborasi ExxonMobil dengan Pertamina dan Pemerintah menempatkan Indonesia berada di jalur yang tepat tidak hanya menyediakan solusi berkelanjutan, melainkan juga menjadikan Indonesia sebagai pelopor di tingkat regional dalam industri CCS,” pungkas Hariadi.