Sorong, Papua Barat Daya, ruangenergi.com- Ada pekerjaan rumah (PR) yang sedang diselesaikan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Papua dan Maluku (Pamalu) di semester dua tahun 2024 ini.
SKK Migas Pamalu punya PR besar yakni seismik open area yang dikerjakan oleh Subholding Upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE)
“Seismik mulai dari Sorong, Sorong Selatan, Maybrat sampai Bintuni (onshore). Offshorenya hanya 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) persen. Targetnya mulai tahun 2024 ini. Saya ini sudah nyuri start dengan teman-teman di Humas (Hubungan Masyarakat SKK Migas Pamalu) menghadap Kapolda (Kepala Polisi Daerah) dan Pangdam (Panglima Daerah Militer) untuk minta support terhadap kegiatan ini,”kata Subagyo dalam bincang santai bersama ruangenergi.com sembari minum kopi di ruang kerjanya, Rabu (10/07/2024), di Sorong, Papua Barat Daya.
Subagyo mengakui, di Papua ini ada 2 (dua) pekerjaan seismik yang dilakukan oleh 2 (dua) perusahaan migas, yakni Seismik PHE dan Seismik bp Indonesia.
“Sebenarnya kemarin dengan Waka SKK Migas Shinta Damayanti sudah melihat seismik di Bone dan East Seram yang juga dilakukan PHE,” tukas Oom Beggy, sapaan akrab Kepala Perwakilan SKK Migas Pamalu Subagyo.
Subagyo bercerita, untuk seismik onshore, PHE belum memutuskan siapa yang ditugaskan melakukan seismik tersebut.
“Cuma ini lelangnya belum diputusin pemenangnya untuk kerjakan seismik yang darat. Cuma VP PHE sudah sampai ke sini (ke kantor SKK Migas Pamalu), untuk minta support.Hanya saja, pemenang lelang untuk pekerjaannya belum diputuskan apakah dikerjakan oleh PT Elnusa Tbk atau PT Bureau Geophysical Prospecting (BGP),” jelas Oom Beggy.
Dalam catatan ruangenergi.com, SKK Migas bersama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang melakukan survei geofisika, menggunakan teknologi enhanced Full Tensor Gradiometry (eFTG).
Ketua Tim Teknis Pelaksana Teknis Survei Geofisika dan selaku Vice President New Venture Subholding Upstrem Pertamina Agung Prasetyo mengatakan survei dilakukan di sepanjang 23.000 kilometer dan mencakup area seluas 45.000 kilometer persegi. Dijadwalkan akan dimulai pada 12 Oktober 2021.
“Selain Cekungan Bintuni-Salawati, kami juga sedang melakukan survei FTG terbesar di Indonesia di cekungan frontier lain di Papua dengan panjang lebih dari 31.000 kilometer dan mencakup area seluas 60.000 kilometer yang progresnya sudah mencapai lebih dari 50 persen bekerja sama dengan Rubotori Indonesia dan Bell Geospace,” kata Agung Senin (4/10/2021)