Mamit Setiawan

Pengamat Sebut Kenaikan Harga Minyak Untung di Hulu Buntung di Hilir

Jakarta, Ruangenergi.comDirektur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan bahwa fluktuasif harga minyak saat ini jenis Brent tertinggi dalam tiga tahun terakhir di Oktober 2021 yakni sekitar US$ 85 per barel. Sedangkan untuk WTI sempat menyentuh di level US$ 84 per barel, ini kenaikan tertinggi sejak tahun 2014.

“Ada informasi pemberitaan bahwa Arab Saudi akan menambah produksi mereka sampai diangka 10 juta BOPD di 2021 tepatnya di Desember nanti. Di mana hal ini memberikan ke khawatiran bahwa kedepan akan terjadi pasokan yang signifikan jika sampai Arab Saudi terus memompa produksi mereka,” ungkap Mamit dalam sebuah wawancara dengan IDX Channel, di program Market Review, Jumat, (05/11).

Ia melanjutkan, belum lagi juga adanya laporan terkait kenaikan cadangan minyak di amerika sebesar 3,3 juta Barel. Ini akan menambah kekhawatiran pasar bahwa akan menggangu perdagangan ke depannya.

“Meski harga minyak cenderung fluktuatif, tapi cenderug berada diangka US$ 80-an per barel. Saya kira harga minyak mentah saat ini masih cukup tinggi,” imbuhnya.

Mamit memprediksi harga minyak mentah dunia hingga akhir tahun berkisar diangka US$ 80-82 per barel. Ia kembali mengatakan, di beberapa negara sempat mengalami krisis energi dikarenakan kondisi ekonomi sudah mulai kembali tumbuh paska pandemi Covid-19 kemarin.

“Meskipun Pandemi ini belum berakhir, tetapi program vaksinasi yang dilakukan secara global dan keyakinan masyarakat untuk terus beraktivitas sehingga perekonomian kembali tumbuh. Di luar ekspektasi dan di luar dugaan bahwa begitu cepat seperti berhasilnya program vaksinasi, angka penurunan paparan covid menurun dan bahkan di beberapa negara yang sempat memberlaukan lockdown mulai kembali membukanya dan ini membuat perekonomian bergerak sangat signifikan,” katanya.

Hal ini, kata dia, tidak bisa diantisipasi dalam artian di luar perkiraan pasar, sehingga adanya demand yang sangat besar. Di sisi lain, Opec sudah sepakat sebelum-sebelumnya memangkas produksi mereka, karena di 2020 mereka mengalami penurunan harga yang cukup signifikan.

“Akhirnya ini menyebabkan seperti hukum pasar, di aman demand nya cukup besar akan tetapi supply nya tidak mencukupi. Ini yang menyebabkan kenaikan harga yang cukup signifikan,” paparnya.

Lebih jauh, mamit mengungkapkan, kenaikan harga minyak mentah dunia menjadi dua sisi yang berbeda untuk Indonesia.

“Dari sisi hulu ini sangat menguntungkan, dengan kenaikan harga minyak dunia secara otomatis ICP kita akan megalami kenaikan, bahkan ICP sudah melebih APBN kita dan dampaknya PNBP di sektor hulu migas mengalami peningkatan yang cukup besar sekali,” imbuhnya.

Menurutnya, di tengah harga minyak yang melambung tinggi saat ini merupakan momentum bagi SKK Migas untuk terus meningkatkan produksinya.

“Di mana hingga saat ini lifting kita masih berada di 661 ribu barel masih dibawah target yakni 705 ribu barel. Dengan adanya kenaikan harga minyak ini terus tingkatkan target produksi dan denagna begitu target lifting APBN di 2021 akan tercapai,” tuturnya.

Sementara di sisi hilir, Mamit melihat kenaikan harga minyak ini justru menjadi permasalahan, karena harga acuan minyak di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan, di tambah lagi kurs mata uang rupiah yang terdepresiasi terhadap dollar.

“Pertamina membeli minyak mentah dalam harga yang cukup tinggi, di sisi lain mereka tidak bisa menaikkan harga terutama untuk jenis BBM umum,” terangnya.

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Hilir Ditjen Migas Kementerian ESDM, Soerjaningsih, mengatakan bahwa pemerintah memilih mengalah untuk tidak memberlakukan penyesuaian harga BBM karena situasi Pandemi Covid-19.

“Rencananya untuk penyesuaian Jenis Bahan Bakar Minyak Umum (Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite) akan mengikuti harga pasar,” kata Sorjaningsih.

Terkait penyesuaian harga BBM, Pemerintah akan terus berupaya agar PT Pertamina (Persero) tidak mengalami kerugian yang signifikan karena imbas dari kenaikan harga minyak dunia.

“Agar Pertamina tidak merugi terkait tidak dilakukannya penyesuaian harga BBM ini akan dibahas nanti, bagaimana kompensasi yang akan diberikan ke Pertamina. Nantinya, harga JBU akan naik fluktuatif mengikuti harga pasar. Akan tetapi terkait JBT dan JBKP belum ada pembahasan kapan naiknya (harga BBM),” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *