Pengamat Usulkan Premium RON 88 di Jawa dan Sumatera Dihapus

Jakarta, Ruangenergi.com – Pengamat kebijakan energi, Sofyano Zakaria menyarankan kepada pemerintah agar menghapus bahan bakar minyak (BBM) Premium RON 88 di Pulau Jawa dan Sumatera.

“Sebaiknya Premium RON 88 di Pulau Jawa dan Sumatera dihapus saja, namun tetap menyedikannya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T),” kata Sofyano di Jakarta, Jumat (04/9/2020).

Menurut Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) ini, pemerintah melalui Kemendagri bisa meminta para Gubernur dan Bupati/Walikota agar berinisiatif melarang beradarnya BBM dengan RON rendah di wilayahnya.

“Sebaiknya Kemendagri meminta agar para Gubernur dan Bupati/Walikota melarang beredarnya BBM dengan oktan rendah di wilayahnya,” katanya.

Ia juga mengungkapkan, bahwa hampir semua negara di dunia saat ini sudah meninggalkan atau tidak menggunakan gasoline RON di bawah 90 lagi.

“Hanya ada 7 negara yang masih menggunakan BBM beroktan rendah tersebut yakni Bangladesh, Colombia, Egypt, Indonesia, Mongoloia, Ukraina dan Uzbekistan,” pungkasnya.

Sementara Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan yang dihubungi terpisah mengaku ikut mendukung rencana penghapusan BBM beroktan rendah tersebut karena memang sudah diatur dalam Permen KLHK No 20/2017 agar masyarakat harus menggunakan BBM dengan RON minimal 91 dan CN 51.

“Jika bicara soal energy bersih, kita sudah terikat dengan perjanjian Paris untuk mengurangi emisi sebesar 29% pada 2030 yang akan datang,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, penggunaan BBM dengan RON tinggi juga banyak manfaatnya, baik bagi konsumen maupun bagi pemerintah sendiri. Bagi konsumen, sudah banyak ahli yang mengulas perihal pembakaran mesin yang lebih sempurna sehingga mesin menjadi lebih irit dan jarak tempuh menjadi lebih jauh.

“Selain itu, biaya service jadi berkurang karena mesin menjadi lebih awet dan tahan lama. Mesin juga tidak ngelitik jika dibandingkan dengan menggunakan BBM RON rendah,” kata dia.

“Sedangkan dari sisi pemerintah, saya kira karena Premium bukan BBM subsidi maka setiap ada selisih harga keekonomian menjadi tanggungjwab Pertamina dimana pemerintah harus mengganti biaya kompensasi tersebut,” tambahnya.

Hanya saja, lanjut dia, hal ini masih belum bisa diterapkan dan masih butuh kajian lebih mendalam, mengingat kondisi ekonomi masyarakat yang terdampak larena Covid-19 ini.

“Yang jadi pertanyaan apakah harus sekarang? Saya kira masih perlu kajian lagi atau dipikirkan kembali mengingat kondisi ekonomi masyarakat yang terdampak Covid19 ini. Masyarakat kita saya kira belum sepenuhnya siap untuk itu,” tukasnya.

“Perlu dilakukan secara bertahap dengan wilayah yang sudah siap seperti JAMALI dimana ini sudah pernah di lakukan pada tahun 2018 lalu. Perlu sosialisasi kembali agar masyarakat bisa lebih siap terkait penghapusan Premium ini,” pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif  menegaskan bahwa pemerintah akan menghapus Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium. Namun, penghapus BBM dengan Research Octane Number (RON) 88 bakal dilakukan secara bertahap.

Arifin mengatakan, penghapusan Premium atau BBM ber-oktan rendah menjadi bagian dari komitmen pemerintah dalam menyediakan energi yang lebih bersih. Saat ini, katanya, hanya ada 5 negara di dunia yang masih menggunakan BBM sejenis Premium.

“Dan Indonesia termasuk negara besar yang masih menggunakan (Premium). Jadi program (penghapusan Premium) kita akan lakukan bertahap,” kata Arifin dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI yang digelar Rabu (2/9).

Menurutnya, PT Pertamina (Persero) telah menggelar program uji coba untuk menggantikan Premium dengan Pertalite di Bali. Meski tak membeberkan hasilnya secara detial, tapi Arifin menyampaikan bahwa uji coba tersebut menjadi bahan kajian untuk menerapkan program serupa di wilayah lainnya.

“Ada 4 daerah lagi akan akan menjalani uji coba penggantian Premium. Ke depan kita akan menyiapkan, bahwa Jawa, Madura dan Bali ini bisa diimplementasikan,” ujarnya.

Arifin optimis, program untuk mengganti BBM ber-octane rendah ke yang lebih tinggi ini bakal bisa terlaksana. Apalagi Pertamina juga sudah merampungkan Proyek Langit Biru di Cilacap yang bisa menghasilkan BBM dengan octane number yang lebih tinggi.

“Ini yang akan kita campur dengan octane rendah untuk bisa meningkatkan octane number-nya,” ujar Arifin.(Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *