Jakarta, Ruangenergi.com – PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) berambisi di tahun 2030 untuk dapat mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 1.3 Gigawatt (GW), dan menjadikan Perseroan Top 3 Geothermal di dunia.
Dalam webinar yang dihelat Ruangenergi.com yang bertajuk “Sinergi Mendukung Percepatan Pengembangan Panas Bumi”, dan disiarkan secara live di channel YouTube Ruang Energi, Direktur Utama PT PGE, Ahmad Yuniarto, mengatakan, saat ini di tahun 2021 pihaknya sudah mengoperasikan PLTP sebesar 672 MW.
“Sekarang di tahun ini kita sudah megoperasikan sebesar PLTP sebesar 672 MW, tentunya kita harus melakukan investasi yang sangat besar untuk mendukung ambisi tersebut,” ungkap Yuniarto secara virtual, Kamis (06/05).
Ia menambahkan, tahun 2020 induk perusahaan yakni PT Pertamina (Persero) telah melakukan transformasi dan reorganisasi bisnis perusahaan dan kemudian PGE menjadi bagian dari Sub Holding Power and New Renewable Energy (Power NRE).
“Ini menunjukkan komitmen yang sangat besar dari Pertamina untuk NRE yang artinya komitmen untuk masa depan. Di dalam sub holding ini, PGE bersama sub holding yang baru Power NRE mendapatkan mandat untuk memimpin transisi energi di Pertamina. Sehingga portpolio NRE dari dan sub holding Power NRE ini tidak hanya panas bumi tetapi juga ada solar panel, manufakturing untuk baterai dan biofuel, hydro, wind power, dan lainnya,” imbuhnya.
Lantas bagaimana kiprah BUMN dalam hal ini Pertamina dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia? Menurutnya jangan melupakan sejarah, sebab sejak 47 tahun silam, Pertamina bersama PT PLN (Persero) telah melakukan kerja sama terkait pengembangan penas bumi di Indonesia.
“Kita tidak bisa melupakan sejarah sejak tahun 1974 Pertamina sudah mengembangkan panas bumi bekerja sama dengan PT PLN di Kamojang, kemudian terus berlanjut hingga sekarang. Pertamina sudah melakukan pemboran di hampir 300 sumur selama ini untuk pengembangan panas bumi di Indonesia dan ini merupakan perjalanan yang panjang dalam membangun institusional knowledge ataupun kapabilitas atau pemahaman dengan baik,” tuturnya.
Ia menambahkan, PGE sendiri memiliki sudah WKP di hampir semua bagian di Indonesia. Yang mana sebagaian di operasikan sendiri sebesar 672 Megawatt (MW) dan sebagaian di operasikan melalui Join Operating Contract (JOC) 1.2 Gigawatt (GW).
“Kita punya ambisi di tahun 2030 kita dapat mengoperasikan 1.3 GW install capacity dan menjadi Top 3 Geothermal di dunia. Sekarang di tahun 2021 sudah mengoperasikan 672 MW, tentunya kita harus melakukan investasi yang sangat besar untuk mendukung ambisi tersebut,” jelasnya.
Untuk itu, secara aktif PGE terus mengembangkan potensi panas bumi di Indonesia. Salah satunya dengan pengembangan jangka pendek, yakni PGE mempunyai 165 MW dari eksisting WKP Lumut Balai 2 (Sumatera Selatan) (55 MW), Hululais (Bengkulu) (110 MW).
“Tentunya kita harus terus melakukan ekplorasi untuk prospek-prospek baru dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah, misalnya pendanaan melalui PT SMI. Apapun fasilitas yang membantu akan dikajian dan menjadi opsi yang menarik untuk mendorong kegiatan eksplorasi,” tandasnya.