EBT PLTP dieng-2

Wacana Pembentukan Holding BUMN Panas Bumi, METI : Sambut Baik Agar Menghasilkan Sinegisitas

Jakarta, Ruangenergi.comMasyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menyambut baik rencana pemerintah untuk menyatukan tiga perusahaan Pelat Merah di sektor Panas Bumi.

Adalah PT Geo Dipa Energi (Persero); PT Pertamina Geothermal Energy (PGE); dan PT PLN Gas & Geothermal (PLN G&G).

Ketua Umum METI, Surya Dharma, mengatakan, sebenarnya rencana penggabungan BUMN Panas Bumi bukan hal yang baru, melainkan telah dilakukan kajian sejak lama oleh PT Pertamina (Persero) dan PLN PLN (Persero).

“Rencana pembentukan holding BUMN Panasbumi oleh Menteri BUMN saya kira perlu disambut baik agar menghasilkan sinegisitas. Walaupun upaya ini pernah dilakukan antara Pertamina dan PLN ketika melakukan kajian taun 1990-an untuk membentuk PT Panasbumi Indonesia,” ungkap Surya Dharma saat dihubungi Ruangenergi.com, (22/02).

Ia menjelaskan, hasil kajiannya bersama antara Pertamina dan PLN kala itu juga sudah ada, tapi urung dibentuk. Bahkan lapangan untuk dijadikan usaha bersama kala itu juga sudah ada.

Namun demikian, terang Surya, sejak krisis ekonomi 1998 yang berujung pada arbitrase international dan pemerintah kalah, akhirnya dilakukan upaya negosiasi denpenyelesaian diluar pengadilan.

“Muncullah perusahaan Geo Dipa Energy yang sekarang sudah menjelma menjadi BUMN khusus dibawah Menteri Keuangan,” imbuh Surya.

Ia mengungkapkan bahwa Geodipa itu adalah anak perusahaan Pertamina dan PLN, yang diharapkan sebagai pengganti pembentukan PT Panas Bumi Indonesia (PT PI). Hanya saja kegiatannya tidak sebagaimana diharapkan. Manajemennya dilaksanakan oleh mayoritas PLN dan sebagian Pertamina, sementara saham yang terbesar dipegang oleh Pertamina.

“Niatnya agar perusahaan berjalan dengan baik, dan cepat. Namun ternyata juga tersendat-sendat karena banyak faktor, termasuk komitmen para pemegang saham yang kelihatannya belum sepenuh hati,” bebernya.

“Sekarang muncul lagi wacana itu (holding BUMN Panas Bumi), kita perlu sambut agar pengembangan panasbumi Indonesia dapat lebih cepat karena PLN yang menjadi single buyer ada di dalamnya dan juga di nakhodai oleh Menteri BUMN yang selama ini juga ditengarai belum memberikan dukungan sepenuhnya dengan upaya memanfaatkan panasbumi yang lebih besar. Tentu saja upaya ini masih ada masalah lain yang harus dijernihkan terkait isu rencana IPO (Initial Public Offering) terhadap anak usaha Pertamina pasti sudah diperhitungkan dengan matang oleh Menteri BUMN untuk bisa mendapatkan respon yang baik dari pasar,” sambung Surya.

Menurutnya, perusahaan yang akan IPO adalah yang memiliki nilai pasar yang baik. Diantara anak usaha Pertamina yang memiliki kontribusi positif dan juga punya masa depan yang baik adalah PT PGE.

Surya mengemukakan, sebagaimana diketahui, bisnis PGE adalah panasbumi yang merupakan energi terbarukan yang memiliki potensi pasar yang baik di era menuju pada era energi terbarukan. Belum lagi panasbumi bisa dimanfaatkan tidak hanya untuk listrik yang memiliki kehandalan tinggi, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti pariwisata, green house, produk pertanian dan lain.

Belum lagi di era mobil listrik yang membutuhkan listrik dan baterai, fluida panas bumi juga mengandung unsur mineral lithium yang menjadi unsur pendukung produk baterai.

“Karena itu, tidak salah jika panas bumi akan menjadi unggulan dan punya prospek pasar yang baik bagi usaha. Prospek ini Tentu saja punya nilai jual yang baik,” katanya.

Sampai saat ini, lanjut Surya, PGE memang menjadi perusahaan nasional yang kompeten, fokus dan juga terbesar dalam energi panas bumi. Sedangkan anak usaha yang lain juga punya prospek yang segmennya juga berbeda.

Karena itu jika masuk ke pasar pasti akan mendapat sambutan positif, walapun, sebetulnya bagi negara khawatir jika di IPO kan.

“Jangan terulang kasus Indosat yang lama kelamaan akan mengecilkan peran Indonesia karena mengembangkan panasbumi butuh dana investasi yang besar yang jika tidak hati-hati akan menggeser posisi dari aset negara menjadi aset milik swasta secara perlahan lahan. Seharusnya kami lebih cenderung agar masukkan investasi itu tidak harus melalui IPO tapi bisa juga dalam bentuk kerjasama operasi. Sudah banyak perusahaan asing atau dalam negeri yang ingin melakukan kerjasama dengan PGE,” tegas Surya Dharma.

Lebih jauh, ia mengatakan, terkait dengan adanya wacana pembentukan Holding BUMN Panasbumi, memang bisa saja terjadi jika BUMN yang ada saat ini dipandang perlu untuk meningkatkan kinerja.

Ia menyarankan, sebaiknya memang harus dipilih perusahaan yang punya pengalaman panjang dan aset besar yang jadi holding dan yang lainnya jadi anak usaha. Mungkin nanti perlu juga ada BUMN yang fokus untuk pemanfaatan langsung panas bumi yang non listrik agar fokus.

“Saat ini potensi ini tidak ada yang menggarapnya, padahal panas bumi yang sangat besar potensi ini dapat dilakukan oleh masing-masing badan usaha dengan spesifik fokus kegiatan yang berbeda, termasuk maintenance jika diperlukan. Ini semuanya punya peluang bagus,” tandas Surya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *