Wakil Kepala SKK Migas Apresiasi PHM dan PHI Dalam Pengembangan SNB AOI

Tanjung Pinang, ruangenergi.com- Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menyampaikan bahwa seremoni pemotongan besi pertama Proyek SNB AOI ini merupakan wujud nyata perkembangan proyek dan komitmen PHM dalam mendukung target produksi migas nasional pada 2030, yaitu produksi minyak satu juta barel per hari dan gas bumi sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari.

Pengembangan lapangan-lapangan gas seperti SNB AOI menjadi tulang punggung untuk mendukung kebijakan transisi energi nasional.

“Kegiatan hulu migas adalah salah satu kegiatan negara yang bertujuan menyediakan energi yang terjangkau bagi masyarakat luas. SKK Migas bertugas memastikan bahwa energi yang disediakan oleh negara, terutama minyak dan gas, dapat menyuplai kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia,” kata Nanang dalam kunjungan dan pemantauan lapangan (Management Walkthrough/ MWT) di lokasi fabrikasi SNB AOI, Senin (15/01/2024), di Kalimantan Timur.

Kegiatan hulu migas, lanjut Nanang, merupakan kegiatan yang menghasilkan manfaat berganda (multiplier effect).

“Di setiap proyek baru di hulu migas pasti ada ekosistem baru yang tercipta. Ada mitra kerja baru, ada kontraktor baru, bahkan lapangan kerja baru yang artinya menciptakan multiplier effect dimana semuanya berujung pada kepentingan bangsa dan negara,” paparnya.

Nanang sangat mengapresiasi kinerja PHI dan PHM dalam pengelolaan WK Mahakam. Meski sudah beroperasi lebih dari 50 tahun, WK ini tetap mampu membuktikan eksistensinya dengan mempertahankan bahkan meningkatkan produksinya di tengah tantangan laju penurunan alamiah dari lapangan-lapangan yang sudah mature.

Di akhir sambutan, Nanang mengingatkan pentingnya keselamatan kerja sebagai prioritas dan pilar utama dalam menuju kesuksesan operasional di lapangan.

“Tidak ada artinya keberhasilan pengeboran dan penyelesaian proyek jika terjadi fatalitas yang membahayakan pekerja. Keselamatan kerja ini harus menjadi hal yang paling utama dalam menjalankan tugas, khususnya bagi pekerja di lapangan. Kerja kita masif dan agresif untuk mencapai target, namun unsur safety jangan pernah dikesampingkan,” tegas Nanang.

Volume pengerjaan anjungan SNB AOI sangat tinggi dimana memerlukan sekitar tujuh juta jam kerja dan melibatkan kurang lebih 2.000 tenaga kerja hingga saat puncaknya di akhir tahun 2024 nanti.

Salah satu keunggulan anjungan SNB AOI ini adalah menggunakan desain ultra-minimalist platform dengan berat yang paling ringan (kurang lebih 350 ton) dibandingkan jenis anjungan-anjungan terdahulu. Selain itu, anjungan SNB AOI menggunakan teknologi baru di Indonesia terkait struktur jacket, yaitu Suction Pile Foundation (SPF) dan panel surya sebagai salah satu sumber daya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *