Jakarta Pusat, Jakarta, ruangenergi.com- Ternyata, jalan masih panjang menuju transisi energi di Indonesia.
Frasa “jalan panjang transisi energi” menggambarkan proses yang kompleks dan bertahap dalam pergeseran sistem energi dari yang berbasis bahan bakar fosil (seperti batu bara, minyak, dan gas) menuju energi yang lebih bersih, berkelanjutan, dan rendah emisi karbon.
Transisi energi adalah perubahan fundamental dalam sistem penyediaan energi—menggantikan energi fosil dengan: Energi terbarukan (matahari, angin, air, bioenergi, panas bumi).Teknologi rendah karbon (seperti hidrogen hijau dan CCS—carbon capture and storage).Efisiensi energi dan elektrifikasi sektor transportasi dan industri.
Mengapa disebut “jalan panjang transisi energi”? Penjelasannya lebih kepada ada pada masalah infrastruktur yang kompleks, dimana jaringan listrik, pembangkit, penyimpanan, kendaraan listrik, dan lainnya perlu dibangun ulang atau dimodernisasi.
Indonesia hingga kini masih tergantung pada energi fosil.Negara seperti Indonesia masih sangat bergantung pada batu bara dan minyak, baik dari sisi pasokan maupun penerimaan negara.
Suka tidak suka, untuk menuju transisi energi dibutuhkan investasi yang besar.Diperlukan ratusan miliar dolar untuk proyek-proyek energi terbarukan, jaringan transmisi, dan riset teknologi bersih.
Menarik lagi, tantangan sosial dan politik dalam transisi energi. Ada kepentingan bisnis yang besar dalam industri migas. Dibutuhkan kebijakan yang kuat dan konsisten lintas pemerintahan.
Seorang petinggi di industri otomotif terkenal di dunia, termasuk di Indonesia, bercerita kepada ruangenergi.com, bahwa pabrikan tempat dia bekerja, berharap adanya kebijakan dari Pemerintah Indonesia termasuk di Kementerian ESDM, yang jelas untuk menetapkan harga energi dari mobil listrik atau hidrogen. Kebijakan ini penting, karena pabrikan bisa menghitung dengan tepat, berapa harga konsumsi bahan bakar untuk masing-masing kendaraan yang dirasakan pro kepada konsumen.
Terkadang, kepentingan politik lebih dikedepankan daripada kepentingan ekonomi dalam mengusung tema transisi energi. Hanya saja, masyarakat awam menunggu arah kebijakan yang jelas dan “pasti pas” ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia dalam transisi energi.
Memang, tidak mudah menerapkan suatu kebijakan. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, tentunya. Hanya saja, yang dinantikan oleh para produsen, industri energi di Indonesia, adalah konsistensi.
Godang Sitompul, Pemimpin Redaksi