Menilik Jaringan Listrik di Amerika Serikat. Bagaimana Sistem di Indonesia?

Ruang Energi.com, Jakarta– Dampak banjir di Texas menurut pemberitaan Voice of America (VoA) mengakibatkan tagihan listrik konsumennya melonjak hingga Rp 70 juta. Bebasnya pasar listrik membuat warga AS bebas memilih pemasok listrik untuk digunakan. Sistem jaringan listrik smart grid memungkinkan hal ini dilakukan

Sementara sistem pengelolaan listrik di Indonesia masih di monopoli oleh PT PLN (Persero). Dimana PLN menerapkan sistem take or pay dari IPP. Dari sisi harga hal ini baik diterapkan karena PLN dapat harga listrik yang ekonomis buat masyarakat. Kerugiannya adalah manakala pasokan dari IPP over suplai dan PLN harus tetap membayar.

Agar kejadian seperti di Texas tidak dialami oleh konsumen lustrik di Indonesia, apa pun sistem yang dianut oleh PLN negara harus hadir disitu.

Direktur Eksekutif Energy Wacth Mamit Setiawan

Menanggapi sistem pengolaan listrik oleh PLN, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menuturkan, melalui penguasaan listrik oleh PLN sebagai perpanjangan tangan negara, maka kepastian akan suplai listrik untuk masyarakat menjadi lebih terjamin mengingat saat ini listrik merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat. Pemerintah juga hadir dengan memberikan peraturan terkait dengan tarif dasar listrik semata-mata melihat kemampuan masyarakat kita agar tidak terlalu memberatkan bagi mereka.

“Melalui tarif listrik yang terjangkau, diharapkan bisa membantu perekonomian masyarakat agar bisa menjadi lebih baik lagi. Masyarakat juga bisa mengatur kebutuhan listrik mereka sehingga tidak terjadi pemborosan energi sesuai dengan kemampuan mereka”, tutur Mamit kepada ruangenergi.com(24/2).

Sebagai perbandingan, mengutip dari laman National Geografic, peta jaringan listrik Amerika Serikat sepintas akan terlihat seperti peta jalan raya antar daerah. Namun, tidak seperti jalan raya, peta jaringan listrik tidaklah terencana. Jaringan tersebut terdiri atas interkoneksi dari daerah-daerah yang terpisah dan terbangun perlahan oleh perangkat lokal seiring upaya mereka untuk terhubung dengan tetangga mereka.

Saat ini di Amerika Serikat, lebih dari 241.000 km jalur transmisi bervoltase tinggi membawa tenaga listrik dari 5.400 pembangkit milik lebih dari 3.000 perusahaan listrik. Kebanyakan dari jalur ini membawa arus bolak-balik (AC), dan 1,9% di antaranya membawa arus searah (DC) yang lebih efisien pada jarak yang sangat jauh.

Jaringan tersebut berfungsi 99,97% setiap harinya. Gangguan listrik terutama akibat cuaca masih menyebabkan kerugian atas ekonomi AS sebesar Rp 800 triliun setiap tahunnya. Sebagian besar listrik di AS masih dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (setengahnya dari batu bara).

Sementara porsi tenaga air, angin dan surya masih kurang dari 8%.Negara bagian California mengimpor lebih banyak listrik dibanding negara bagian lainnya. Sumber daya di negara bagian tersebut berasal dari pembangkit tenaga air di Pasific Nortwest dan pembangkit batubara di gurun Southwest.

Jaringan Oregon-California selatan adalah jalur transmisi tunggal terbesar di AS.Undang Undang Energi Terbarukan California telah memicu proyek tenaga angin dan matahari, juga rencana pembangunan jalur DC bervoltase tinggi untuk distribusinya. Gagasan untuk membangun kabel bawah laut sepanjang 1.046 km direncanakan akan digunakan untuk mengimpor listrik bertenaga air dari Oregon.

Dengan banyaknya permintaan tenaga listrik, jalur-jalur transmisi baru akan segera dibangun di berbagai negara bagian, salah satunya proyek Tres Amigas di dekat Clovis, New Mexico, yang akan membantu Texas mengirimkan tenaga angin yang berlebihan ke berbagai kota di ujung Timur maupun Barat AS.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *