Kementerian esdm

Ini Usulan Asumsi Dasar RAPBN Sektor ESDM Tahun 2022

Jakarta, Ruangenergi.comKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan Asumsi Dasar Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2022 kepada Komisi VII DPR-RI.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, mengatakan, terkait harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam RAPBN 2022 diusulkan sebesar US$ 55-65 perbarel.

“Angka ini tidak jauh berbeda dengan realisasi rata-rata ICP bulan Januari hingga 14 Mei 2021 sebesar US$ 60,95 /barel. Rata-rata ICP tahun 2021 diproyeksikan sebesar US$ 60 /barel, lebih tinggi dari ketetapan APBN sebesar US$ 45/barel,” kata Arifin.

Ia menambahkan, berdasarkan beberapa proyeksi dari berbagai pihak dalam polling Reuters dan Departemen Energi AS, harga minyak dunia tahun 2022 diperkirakan dalam kisaran US$ 56,74-64,52 per barel. Faktor lain dinamisnya harga minyak dunia disebabkan oleh pemotongan produksi oleh anggota OPEC+, peningkatan fundamental di Amerika Serikat dan Tiongkok, serta pergerakan ekonomi dan peningkatan impor minyak oleh Tiongkok.

“Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka pemerintah mengusulkan asumsi ICP dalam RAPBN Tahun Anggaran 2022 sebesar US$ 55-65 perbarel,” imbuh Arifin.

Kemudian, lanjutnya, angka lifting migas dalam RAPBN tahun 2022 diusulkan sebesar 1,717-1,829 juta barrel oil equivalent per day (boepd), dengan rincian 686-726 ribu barrel oil per day (bopd) minyak bumi dan 1,031-1,103 juta boepd gas bumi.

Sementara realisasi lifting migas tahun ini hingga 20 Mei 2021 adalah 1,592 juta boepd atau 93% dari target APBN yang ditetapkan sebesar 1,712 juta boepd, dan diproyeksikan mencapai 1,669 juta boepd pada akhir tahun 2021.

“Usulan APBN tahun 2022 untuk lifting migas, dengan mempertimbangkan situasi harga minyak saat ini, sebesar antara kisaran 1.717 sampai dengan 1.829 ribu barel setara minyak perhari. Pemerintah terus mendorong agar KKKS terus meningkatkan produksi migasnya,” bebernya.

Sementara, untuk Cost Recovery, Arifin menuturkan, pemerintah mengusulkan US$ 8,65 miliar pada RAPBN 2022, sedikit di atas ketetapan APBN 2021 sebesar US$ 8,07 miliar. Realisasi Cost Recovery tahun anggaran 2021 hingga 20 Mei 2021 adalah US$ 2,28 miliar. Diproyeksikan, angka cost recovery akan meningkat hingga US$ 8,52 miliar di akhir tahun ini.

Kemudian untuk volume Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, pada APBN 2021 ditetapkan sebanyak 16,30 juta kiloliter (Kl), dengan realisasi hingga 20 Mei 2021 sebesar 5,61 juta Kl. Angka tersebut diproyeksikan naik hingga 14,79 juta Kl pada outlook tahun anggaran 2021.

“Dengan mempertimbangkan realisasi dan outlook tahun 2021, maka volume BBM bersubsidi diusulkan dalam RAPBN tahun anggaran 2022 sebesar 14,80-15,58 juta Kl. Terdiri dari minyak tanah sebesar 0,46-0,48 juta Kl dan minyak solar sebesar 14,34-15,10 juta Kl,” tuturnya kembali.

Lalu, terang Arifin, untuk kuota LPG 3 kilogram, pada RAPBN 2022 Pemerintah mengusulkan sebesar 7,40-7,50 juta metrik ton (MT). Realisasi volume LPG 3 kilogram hingga Mei 2021 adalah 2,96 juta MT.

“Angka tersebut diperkirakan naik sampai 7,15 juta MT pada akhir tahun 2021, di bawah kuota LPG 3 Kg pada APBN 2021 sebesar 7,50 juta MT,” jelasnya.

Selain itu, urai Arifin, Pemerintah juga mengusulkan besaran subsidi tetap minyak solar sebesar Rp500 per liter.

Untuk subsidi listrik diusulkan dengan skenario sebesar Rp 39,50 triliun bagi pelanggan rumah tangga 450 VA yang sudah dipilah dan 900 VA yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) serta skenario Rp 61,83 triliun bagi pelanggan rumah tangga seluruh daya 450 VA dan 900 VA yang masuk dalam DTKS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *