Jakarta, ruangenergi.com- Kapasitas produksi etanol nasional saat ini mencapai sekitar 180 ribu kiloliter per tahun, sedangkan kebutuhan etanol 5 persen (E5) saat ini mencapai 1,9 juta kiloliter per tahun dan akan berlipat ganda apabila diterapkan E10.
Dalam jangka pendek sampai dengan panjang, Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE),Selasa (01/10/2024), mengatakan masih akan menargetkan pembangunan pabrik bioetanol baru dengan harapan akan memperkecil gap antara suplai dan kebutuhan nasional.
Tanah di Indonesia memiliki potensi untuk ditanami dengan beberapa jenis tanaman energi yang berpotensi menjadi bahan baku bioetanol. Dengan mendiversifikasi jenis bahan baku, maka diharapkan tidak akan mengganggu kebutuhan tebu nasional untuk pangan.
Pertamina saat ini tengah melakukan studi untuk mengembangkan beberapa bahan baku bioetanol selain dari tebu, antara lain sorgum (sorghum), nipah (nypa fruticans), dan tandan kosong kelapa sawit (empty fruit bunch).
Pertamina NRE berkomitmen kuat untuk mengembangkan energi bersih sebagai bentuk
dukungan terhadap transisi energi untuk mencapai aspirasi pemerintah net zero emission
selambat-lambatnya tahun 2060.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan bioetanol sehingga bisa menjadi salah satu solusi energi terbarukan.
“Bioetanol diproduksi dari bahan-bahan organik yang menawarkan potensi besar untuk masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan,” ujar Fadjar.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam
mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.