Jakarta, Ruangenergi.com – Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, mengungkapkan, capaian kinerja lifting migas pada kuartal III/2021 telah mencapai 96%, dan ke depan gas bumi akan menjadi energi transisi.
Dalam konferensi pers, Kinerja Hulu Migas Kuartal III 2021, Dwi mengatakan, penanganan Covid-19 terus membaik dengan adanya program vaksinasi akan meningkatkan penerimaan migas.
“Kita bisa merasakan bagaimana peningkatan permintaan setelah Pandemi Covid-19 mulai mereda. Di mana sebanyak 93% atau sekitar 103.602 orang pekerja di industri hulu migas telah mendapatkan vaksinasi. Dan sebanyak 98% pekerja di lingkungan SKK Migas sudah mendapatkan vaksinasi dan sisanya 2% tidak mendapatkan vaksinasi karena komorbit dan lainnya,” ujarnya.
Dwi menambahkan, dampak dari gas sebagai energi transisi mengalami peningkatan harga yang signifikan. Tercatat hingga kuartal I 2022 diprediksi harga LNG cenderung meningkat, seiring dengan peningkatan kebutuhan energi dunia.
Capaian hulu migas kuartal III 2021, Reserve Replacement Ratio SKK Migas menargetkan sekitar 625 juta barel oil ekuivalen (minyak yang diambil dalam waktu setahun), pada September 2021 SKK Migas telah mencapai 564,33 juta barel oil ekuivalen (93%). Sehingga outlook dalam satu tahun bisa diyakini mencapai 100%.
“Untuk lifting minyak mencapai 661 ribu barel oil per hari dari target 705 ribu barel oil per hari (93,8%). Untuk gas mencapai 5.481 MMSCFD dari target 5.638 MMSCFD (97,2%). Sehingga jika digabungkan capaian lifting migas barel oil ekuivalen mencapai 96% (1.640 juta BOEPD),” papar Dwi.
Sementara, untuk program Cost Recovery, Dwi menyebut, sampai September 2021 realisasi sebesar US$ 5,56 miliar dari target yakni US$ 8,07 miliar (68,9%).
“Kita harapkan pengendalian Cost Recovery ini dapat dilakukan sebaik mungkin, sehingga tidak mengalami penurunan yang signifikan sampai dengan akhir tahun,” katanya
Dwi kembali mengungkapkan, penerimaan negara sektor migas mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Salah satunya yakni dampak dari meningkatnya harga minyak dan efisiensi yang dilakukan.
“Target US$ 7,28 miliar, pada September 2021 sudah mencapai US$ 9,53 miliar (131%). Kemudian untuk investasi di sektor migas hingga September 2021 tercatat sekitar US$ 8 miliar dari target sebesar US$ 12,3 miliar (64%). Mudah-mudahan aktivitas diakhir tahun yang lebih agresif dapat mendekati upaya-upaya target investasi yang dicanangkan,” imbuhnya.
Lebih jauh, Dwi menjelaskan, penambahan cadangan sampai dengan September 2021 sebesar 564 MMBOE (93%) dari target yang telah diperoleh dari 22 POD (Plan of Development)dan OPLL (Optimasi Pengembangan Lapangan-Lapangan).
Ia kembali mengatakan, penemuan di sumur eksplorasi 2021, dengan tingkat succes ratio (75%) di mana 12 sumur selesai dan 9 sumur discovery. Penemuan besar pengeboran di sumur Hidayah-1 menghasilkan minyak sekitar 87 MMBOE, dan sumur Maha-2 menghasilkan gas sekitar 0,5 TCF, serta sumur Singa Laut-2 menghasilkan gas sekitar 6,2 TCF. Sehingga total sumber daya yang ditemukan yakni sebanyak 179 MMBOE.
Lebih jauh ia mengungkapkan bahwa saat ini SKK Migas tengah mendorong sumur pengembangan dari target yang ditetapkan sebanyak 538 sumur, karena kondisi Pandemi Covid-19 hingga September 2021 SKK Migas berhasil melakukan pengembangan sumur sebanyak 318 sumur. Di mana, angka tersebut merupakan tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, 2016 (227 sumur); 2017 (200 sumur); 2018 (278 sumur); 2019 (322 sumur); 2020 (240 sumur).
“Tahun 2022 kita akan berupaya untuk melakukan pengembangan sumur lebih banyak lagi dari tahun 2021,” imbuhnya.
“Sementara, untuk proyek Onstream di 2021 sebanyak 12 sudah Onstream dari 15 proyek yang direncanakan. Investasinya yakni sekitar US$ 1,5 miliar dari US$ 2,29 miliar yang ditargetkan. Lalu, potensi penambahan kapasitas produksi migas mencapai 18,468 MMBOE dan 489 MMSCFD,” tutupnya.
